'Jangankan Tumpahan Minyak, Logam Berat Saja Sangat Bahaya bagi Makhluk Hidup Jika Mencemari Laut'
Ketua Ikatan Sarjana Kelautan Kalimantan Timur, Supriady Syam menyesalkan insiden kobaran api di kawasan Teluk Balikpapan.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, BALIKPAPAN - Ketua Ikatan Sarjana Kelautan Kalimantan Timur, Supriady Syam menyesalkan insiden kobaran api di kawasan Teluk Balikpapan, Sabtu (31/3/2018).
Apalagi kejadian yang menimbulkan korban jiwa tersebut diduga imbas dari pencemaran limbah minyak.
"Jangankan tumpahan minyak, logam berat saja sudah sangat bahaya bagi makhluk hidup jika itu mencemari laut," katanya saat dihubungi Tribun Kaltim, Sabtu (31/3/2018) malam.
Supriady mengungkapkan dia pernah melakukan penelitian di kawasan Teluk Balikpapan pada 2004 lalu.
Penelitian berjudul "Distribusi Pengaruh Fisika Oseanografi terhadap Distribusi Cemaran Minyak di Teluk Balikpapan" mengungkap ada beberapa titik yang kerap tercemar di wilayah tersebut.
Baca: Keluarga Tak Menyangka Wahyu yang Semula Pamit Memancing Jadi Korban Kebakaran di Teluk Balikpapan
Entah dari mana sumber pastinya, namun diakui cemaran minyak tersebut sangat berpotensi merusak biota laut di wilayah Teluk Balikpapan.
"Kalau cemaran minyak itu tidak dimobilisasi dengan cepat, maka dia akan terakumulasi di arus lemah. Nah, wilayah Teluk Balikpapan ini termasuk arus lemah. Beda jauh kondisinya dengan perairan Selat Makassar," ujarnya.
Lantas, sampai sejauh mana pencemaran itu dapat merusak biota laut?
Alumni Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin ini menjelaskan, hal itu tergantung konsentrasi minyak.
Baca: Putranya Tewas di Tangan Menantu, Slamet: Anak Saya tidak Bersalah Kenapa Sampai Dibunuh
Jika tingkat konsentrasi minyak skalanya besar, maka dia akan terendapkan sampai ke dasar laut. Akibatnya biota dasar laut pun kena imbas.
"Indikatornya bisa dilihat dari kerang atau ikan-ikan jenis karang. Sejauh mana makhluk itu mengakumulasi cemaran minyak. Tentu ini sangat berbahaya bagi manusia jika dikonsumsi," kata dia.
Tidak hanya itu, dampak lain dari pencemaran minyak di laut bisa mencelakakan tumbuhan seperti mangrove.
Bibit mangrove yang baru ditanam, kata Supriady, akan sulit tumbuh jika sudah terkena cemaran minyak.
"Kemungkinan tumbuhnya hanya 30 persen, karena daunnya bisa seperti terbakar," jelasnya.
Baca: Pengobatan Melalui Paranormal Belum Tuntas, Enen Keburu Meninggal di Tangan Suami Bulenya
Karena itulah Supriady berharap pemerintah daerah bisa lebih protektif terhadap ancaman pencemaran laut yang dapat membahayakan keselamatan makhluk hidup di sekitarnya.
"Percuma saja kita bikin wilayah konservasi kalau pencemarannya juga masih terus berlanjut. Ini tidak boleh dibiarkan," kata dia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.