Kisah Penyair Jalanan, 35 Tahun Tak Seorang Pun Mau Menerima Puisinya, Tapi Nasibnya Seperti Ini
Apa yang akan anda lakukan ketika melihat gelandangan atau tunawisma dengan kondisi memperihatinkan?
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM - Apa yang akan anda lakukan ketika melihat gelandangan atau tunawisma dengan kondisi memperihatinkan?
Menolongnya, memberikan bantuan atau mengacuhkannya?
Mungkin anda tak akan menduganya jika bantuan sekecil apapun bisa memberikan manfaat besar bagi mereka.
Ini juga yang dialami seorang pria asal Brasil bernama Raimundo Arrunda Sobrinho.
Ia merupakan seorang penyair dan penulis kelahiran sebuah desa kecil bernama Goias, pada 1 Agustus 1938 silam.
Ia pindah dari desa menuju kota Sao Paulo ketika usianya 23 tahun. Di kota tersebut, ia bekerja sebagai tukang kebun dan penjual buku.
Kemudian, pada akhir tahun 1970an, nasibnya berubah drastis bersamaan dengan jatuhnya rejim diktator di Brasil.
Ia menjadi tunawisma dan gelandangan. Kondisi ini berlangsung selama 35 tahun.
Selama itu, dirinya terus menulis puisi dan cerita-cerita pendek. Berharap, suatu saat nanti ada seseorang yang membacanya kemudian tertarik untuk menerbitkannya.
Tapi sayang, tidak ada seorang pun yang mau membaca karya-karya dari seorang gelandangan yang sangat kotor ini.
Tapi, nasibnya kemudian berubah ketika pada tahun 2011 silam, ia ditemukan oleh seorang warga bernama Shalla Monteiro yang iba melihat kondisinya.
Ia kemudian berteman, dan mulai mengetahui sedikit demi sedikit talenta yang dimiliki Raimundo.
Shalla pun tahu bahwa Raimundo ini memiliki bakat menulis puisi yang membuatnya takjub.
Perempuan ini tak memberikannya sejumlah uang, tidak pula memberikannya pekerjaan. Shalla melakukan hal kecil yakni membuatkan akun facebook untuk Raimundo.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.