Sempat Meletus, Kawah Sileri Berstatus Normal
Kawah Sileri di Desa Kepakisan Batur Banjarnegara dinyatakan berstatus normal pasca letusan freatik, Minggu siang (1/4).
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, BANJARNEGARA - Kawah Sileri di Desa Kepakisan Batur Banjarnegara dinyatakan berstatus normal pasca letusan freatik, Minggu siang (1/4/2018).
Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Dieng, Surip mengatakan, paska letusan, dari hasil pengukuran gas di udara, tidak terdeteksi gas berbahaya pada jarak sekitar 40 meter dari pusat titik letusan freatik.
Gas terukur 0.04 persen volume atau di bawah ambang batas normal 0,5 persen volume. Pun tidak terdeteksi adanya gas H2S dan SO2.
Baca: Memasak 1 Ton Nasi Ala Ponpes Pecahkan Rekor MURI
Pantauan pos sejak Minggu sore hingga Senin ini juga tidak merekam aktivitas seismik maupun vulkanik yang menunjukkan naiknya aktivitas Kawah Sileri.
Kendati berstatus normal, Surip memperingatkan agar masyarakat tak mendekati Kawah Sileri hingga radius 200 meter dari titik kawah.
Zona dalam radius itu dinyatakan berbahaya lantaran erupsi susulan bisa terjadi kapan saja. Erupsi bahkan bisa terjadi tanpa ada tanda peningkatan aktivitas sebelumnya.
“Ada kemungkinan (erupsi) lagi, tapi kapan waktunya tidak tahu. Di luar radius 200 meter masih aman,"katanya, Senin (2/4)
Warga di dusun terdekat dari kawah juga tidak perlu mengungsi karena masih berada di zona aman. Permukiman paling dekat dari Kawah Sileri adalah Dusun Bitingan Desa Kepakisan yang berjarak lebih dari 500 meter.
Seperti diketahui, lontaran material pada dua peristiwa terakhir, 2 Juli 2017 dan 1 April 2018 hanya sampai jarak 200 meter dari pusat kawah.
Sebelumnya, 1 April 2018, tepat pukul 13:42:55 Wib terjadi letusan freatik di kawah Sileri, yang mengeluarkan semburan lumpur dengan tinggi kurang lebih 150 meter.
Adapun sebaran material lumpur sejauh sekitar 100 meter ke arah timur, sejauh 50 meter ke arah utara, 200 meter ke arah selatan, ke arah barat laut atau objek wisata D Qiano 100 meter, dan ke arah barat 50 meter.
Pengukuran gas di udara pada jarak sekitar 40 meter dari pusat titik letusan freatik, tidak terdeteksi gas berbahaya. Selain itu, terdapat fenomena penurunan muka air Kawah Sileri.
Perubahan suhu dan penurunan muka air ini sudah dikoordinasikan kepada BPBD Banjarnegara dan Kepala Desa Dieng pada 29 Maret 2018 untuk kesiapsiagaan dan kewaspadaan. (tribunjateng/aqy)