Usaha Minyak Herbal Kutus-kutus dari Bali, Pemasaran Mendunia, Omset Lebih Rp 40 Miliar Per Bulan
Sebulan penjualan saya 175.000 botol minyak Kutus-kutus yang dijual seharga Rp.230.000,- per botol
Editor: Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Bali
TRIBUNNEWS.COM, GIANYAR - Hidupnya turun naik seperti jet-coaster selama ini tetapi sejak tahun 2011 Servasius Bambang Pranoto (65) mendapatkan ide pembuatan minyak kesehatan herbal alamiah dan sejak tahun 2012 dinamai Kutus-kutus memiliki omset lebih dari 40 miliar rupiah per bulan.
"Sebulan penjualan saya 175.000 botol minyak Kutus-kutus yang dijual seharga Rp.230.000,- per botol," papar Servasius yang juga seniman serta pencipta musik, bahkan pernah jadi Manajer kantor pusat perusahaan elektronik terkenal Belanda Philips, khusus kepada Tribunnews.com sore ini, Kamis (12/4/2018).
Servasius yang lulusan Universitas Satyawacana Salatiga itu sempat menjadi eksekutif top dunia di Philips tetapi sempat pula sekitar 12 tahun hidupnya penuh penderitaan dianggapnya karena antara lain terkena dampak bom teror Bali sejak tahun 2002.
"Kita hidup susah sekali setelah bom Bali 2002 tidak ada lagi turis tak ada lagi tamu, usaha restoran saya sangat kesulitan. Lalu saya bertapa dan coba cari uang supaya bisa hidup. Yang pasti kekayaan saya di Jakarta tidak boleh di bawa ke Bali, jadi harus cari uang sendiri di Bali."
Dari pertapaannya, semeda, merenung diri sendiri selama 12 tahun itu akhirnya ada ide membuat minyak bagi kesehatan.
"Awalnya saya jatuh di parit-parit sampai ke dokter disarankan begini begitu. Namun saya belajar sendiri mencoba mengobati pakai obat-obatan alamiah racikan dari banyak unsur alamiah tumbuhan di Bali, berhasil menyembuhkan luka saya sendiri. Minyak itu saya berikan juga ke teman lain, juga sembuh mereka, sehingga semakin banyak pesanan sejak tahun 2011 tetapi saat itu belum ada namanya."
Suatu saat saat bepergian diakuinya ada seorang yang tak dikenal dan tak dilihatnya menepuknya dari belakang, mengungkapkan, "Selesaikan minyakmu dan berikan nama Kutus-kutus."
Dari saat itu diselidiki arti nama kutus-kutus dan dipakailah mulai tahun 2012 minyaknya dengan nama Kutus-kutus dan kini meledak banyak dipakai banyak orang di Indonesia.
"Minyak ini tak ada kaitan dengan sebuah minyak terkenal di Bali atau minyak lain, Bahkan minyak buatan saya sendiri ini dipalsukan kini oleh sekitar 12 brand yang mirip dan meniru minyak saya tersebut. Ya biar sajalah sepanjang tidak pakai nama Kutus-kutus," paparnya lagi.
Penjualannya kini sudah menyebarluas sampai ke Inggris, Belanda, Perancis, Hongkong, Amerika Serikat dan sebagainya.
"Saya tak memasang iklan di media nasional, hanya lokal Bali saja sudah bisa menyebarluas. Juga tidak pakai Indomaret karena saya mau menghidupkan distributor saya," paparnya lagi.
Jadi tambahnya, produksinya sebenarnya bukan untuk penjualan semata tetapi juga untuk meningkatkan kehidupan para distributornya yang tadinya tak punya apa-apa menjadi manusia yang bisa bangkit dan memiiki sesuatu akibat berhasil menjualkan minyak tersebut.
Tak heran omset penjualan mencapai 175.000 botol bahkan akan meningkat terus dan kini diakuinya kewalahan karena semakin banyak permintaan kepadanya.
"Saya masih membuat sendiri tidak saya wakilkan dan bahannya pun tidak bisa lagi dari Bali tetapi juga sudah ambil pula dari pulau Jawa karena begitu banyak pesanan saat ini sehingga kekurangan stok akhirnya."