Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Anak Penggali Kubur Sukses Masuk Fakultas Kedokteran Unpad

Mata Inka Kusmayati (18) berkaca-kaca, terlihat tidak bisa menyembunyikan rasa harunya setelah berhasil lolos Seleks

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Kisah Anak Penggali Kubur Sukses Masuk Fakultas Kedokteran Unpad
Tribun Jabar
Inka Kusmayadi 

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA -- Mata Inka Kusmayati (18) berkaca-kaca, terlihat tidak bisa menyembunyikan rasa harunya setelah berhasil lolos Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2018.

Warga Jalan Margamulya, Gang Masjid Al-Fatah, RT 09/01, Kelurahan Cimahi, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi ini berhasil masuk ke jurusan yang menjadi favoritnya, Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Padjadjaran (Unpad).

Putri pasangan Dedi Ismayadi (62) dan Ati Rismiati (48) ini menceritakan kisah harunya bisa melanjutkan pendidikannya di satu universitas negeri favorit itu.

"Waktu tahu saya lulus itu kemarin pukul 17.05 WIB, saya buka pengumuman itu lewat komputer, ternyata saya lolos dan kaget banget. Sampai saya teriak dan bapak juga kaget," ujar Inka Kusmayati, siswi SMAN 1 Kota Cimahi di kediamannya, Rabu (18/4/2018).

Sujud syukur pun dilakukan, setelah ia mengetahui kelulusan SNMPTN itu.

Bisa kuliah di Fakultas Kedokteran Unpad itu merupakan satu hal yang didambakannya sejak kelas 2 SMP, karena ia memang bercita-cita menjadi dokter.

"Bapak pun sudah tidak bisa bilang-bilang apa-apa lagi hanya bisa bilang Allahu Akbar, mungkin gak nyangka," ujarnya.

BERITA REKOMENDASI

Hal itu, lanjutnya, karena untuk bisa lolos ke Fakultas Kedokteran Unpad harus mengalahkan ribuan peserta lainnya dan untuk syarat lolos SNMPTN itu nilai rapotnya pun memang benar-benar bersaing.

"Mungkin jika jalannya saya harus menjadi dokter, pasti ada jalan. Contohnya ketika saya masuk SMA juga hanya punya biaya untuk bayar seragam tapi ada rezekinya, hingga bisa lulus," katanya.

Untuk biaya di SMA pun ia menggunakan surat keterangan tidak mampu (SKTM), sehingga untuk biaya SPP bisa gratis selama satu semester, begitupun dengan semester selanjutnya, ia tetap harus menunjukkan SKTM ke pihak sekolah agar biaya SPP-nya gratis.

Di kediamannya, anak tunggal ini hanya tinggal bersama ayahnya, Dedi Ismayadi (62) yang bekerja serabutan alias tidak memiliki pekerjaan tetap.

"Bapak kerjanya serabutan, kadang jualan burung, batu akik, kadang jadi tukang gali kubur tapi sekarang sudah jarang karena kakinya sudah mulai tidak kuat," katanya.


Selain itu, ayahnya yang saat ini usianya sudah mulai menua kerap mengalami sakit asma dan hernia, sehingga untuk menjalani pekerjaan gali kubur sudah tidak akan kuat.

Sementara ibunya, Ati Rismiati (48), sejak ia kelas 5 SD berpisah dengan ayahnya, saat ini ibunya tinggal di Cianjur.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jabar
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas