Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Slamet Buat Inovasi Mesin Penumbuk Tumbuhan Liar di Kampung Purun

Alat itu terbuat dari kayu. Terdapat roda hijau di antaranya. Alat dilengkapi dengan mesin

Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
zoom-in Slamet Buat Inovasi Mesin Penumbuk Tumbuhan Liar di Kampung Purun
Tribunnews.com/Dennis Destryawan
Slamet, pria yang biasa mengoperasikan alat tradisional untuk membuat bahan baku tanaman liar di Kampung Purun, Banjar Baru, Kalimantan Selatan, untuk diolah menjadi kerajinan tangan 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan

TRIBUNNEWS.COM, KALIMANTAN TENGAH - Warga Kampung Purun bahu-membahu meningkatkan perekonomian dengan membuat kerajinan tangan dari tumbuhan liar.

Seorang perempuan mengenakan kerudung hitam dengan gamis biru muda mencabut Purun dari lahan gambut di belakang rumahnya.

Dikumpulkan berhelai-helai dan diikat. Ia menumbuknya di alat berukuran sekira 2 meter.

Baca: Kisah Acil, Perempuan Paruh Baya yang Dongkrak Perekonomian di Kampung Purun

Alat itu terbuat dari kayu. Terdapat roda hijau di antaranya. Alat dilengkapi dengan mesin.

Begitu dinyalakan, roda berputar, kayu-kayu pun bergerak dari atas ke bawah. Siap menumbuk purun yang telah kering untuk dijadikan bahan baku.

Berita Rekomendasi

"Jug-jug, jug-jug. Jug-jug, jug-jug," terdengar suara mesin di Kampung Purun, Palam, Banjar Baru, Kalimantan Selatan, Sabtu (28/4/2018).

Kampung Purun
Slamet yang sedang mengoperasikan alat tradisional yang digunakan untuk menumbuk tanaman liar untuk dijadikan bahan baku kerajinan seperti tas, tikar dan lainnya. (TRIBUNNEWS.COM/DENNIS DESTRYAWAN)

Bunyi itu berasal dari mesin penumbuk purun. Slamet (37) menginisiasi pembuatan mesin bersama dua orang warga Kampung Purun lainnya.

"Perlu waktu 20 hari untuk membuatnya," ujar Slamet tersipu malu.

Slamet mengisahkan awal mula pembuatan mesin. Menurutnya, Badan Restorasi Gambut memberikan contoh berupa gambar dan tata cara membuat mesin pemumbuk Purun.

"Modal membuatnya Rp 37 juta," ujar Slamet.

Nominal yang terbilang besar. Namun, mengetahui manfaatnya sungguh setimpal. Sejak dua tahun lalu, warga tak lagi menumbuk Purun dengan manual menggunakan tangan.

Praktis, mempersingkat waktu, hingga meningkatkan produktivitas warga untuk membuat kerajinan tangan.

Baca: Ketua DPR Desak Penyedia Jasa Transportasi Daring Beri Jaminan Keamanan Penumpang

"Dulu perlu waktu berjam-jam untuk menumbuk Purun dengan manual menggunakan tangan. Sekarang paling 5 menit," ujar Slamet.

Menurut Slamet, warga Kampung Purun masih kesulitan untuk mengeringkan Purun. Sebab, membutuhkan waktu tiga hari, "Kalau pemerintah menyediakan alat pengering, mungkin warga bisa lebih dipermudah lagi membuat kerajinan," ujarnya.

Mayoritas warga Kampung Purun membuat kerajinan tangan dengam bahan baku Purun. Mereka membuat tas, kopiah, tikar, dan kipas, dari Purun untuk membiayai keberlanjutan hidup.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas