Permasalahan Pertanian di Kecamatan Jejangkit Ada Pada Tata Kelola Air kata Zulkifli Yadi Noor
Pulau Kalimantan yang didominasi lapisan tanah rawa (lebak dan pasang surut) sudah dikenal sebagai sentra pertanian tanaman pangan
Editor: Toni Bramantoro
Bahkan Menteri Pertanian, Amran Sulaiman menyebutkan akan memberikan 40 unit eskavator untuk optimalisasi lahan di Kalsel dan 7 unit di antaranya akan ditempatkan di Jejangkit.
"Pengadaan eskavator ini untuk mempercepat sistem pengairan, petakan sawah, jalan pertanian, perbaikan saluran irigasi, pembuatan embung, hingga penataan struktur lahan pertanian," tuturnya.
Direncanakan pembangunannya akan dilakukan secara padat karya.
"Di Jejangkit akan ada lahan yang dioptimalisasi seluas 750 ha. Namun dilakukan secara padat karya dengan menyerap tenaga kerja di desa tersebut, dan pada saat pertanaman diterapkan sistem mekanisasi modern," ujarnya.
Kementerian Pertanian sendiri menyiapkan alokasi dana untuk optimalisasi lahan rawa yaitu Rp 3 juta per ha (rawa lebak) dan Rp 4 juta per ha (pasang surut).
"Kami juga akan mendistribusikan mesin pompa dengan kemampuan mengairi 200 ha berikut pupuk dan benih. Sedangkan kebutuhan lain dibebankan pada Pemprov Kalsel dan Pemkab Barito Kuala seperti pasokan solar untuk BBM pompa," jelasnya.
Menteri Pertanian, Amran Sulaiman sempat menyebutkan, biaya optimalisasi rawa menjadi lahan produktif, jauh lebih murah daripada harus membangun sawah yang biaya cetaknya bisa mencapai Rp 16 juta per ha.
"Di Kalsel sendiri direncanakan optimalisasi ini seluas 67 ribu ha. Perhitungan ini dilakukan dengan tidak memasukkan lahan gambut yang memang tidak bisa ditanami," papar Dadih.
Ditargetkan lahan rawa tersebut bisa diproduktifkan paling lambat 10 tahun sedangkan potensi lahan sub optimal tersebut ada sekitar 1 juta ha yang tersebar di Sumatera Selatan, Jambi, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat.