Kesaksian Jemaah Gereja Santa Maria Ngagel Surabaya Sesaat Sebelum Bom Meledak
Indah (64) memiliki jam tetap untuk berangkat ibadah tiap hari Minggu, yakni pukul 07:10 WIB.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indah (64) memiliki jam tetap untuk berangkat ibadah tiap hari Minggu, yakni pukul 07:10 WIB.
Perempuan yang tinggal hanya 300 meter dari Gereja Santa Maria Tak Bercela ini memastikan dirinya selalu berangkat pada jam tersebut, agar ia bisa memarkirkan kendaraannya di dekat gereja.
"Saya itu biasanya berangkat selalu pukul 07:10, karena ingin parkir dekat gereja. Tetapi tadi, entah bagaimana, saya terlambat," tutur Indah yang ketika ditemui tengah mengikuti acara keluarga di rumah saudaranya, yang ternyata satu gang dengan rumah almarhum Aloysius Bayu Rendra Wardhana, Minggu (13/5/2018).
Baca: Paus Fransiskus Doakan Korban Ledakan Bom di 3 Gereja Surabaya
Perasaan Indah tak karuan bila mengingat cucunya yang bernama Jojo, pergi lebih dulu ke gereja untuk mengikuti Sekolah Minggu.
Beruntung Jojo dan ayahnya, Rendy, masih di perjalanan ketika bom meledak.
Sedangkan Indah kala itu masih di rumah.
Suaminya sedang kesulitan membuka gembok pagar rumah, ketika terdengar suara ledakan.
"Padahal itu kalau misal gembok mudah dibuka, dan saya tidak menunggu cucu saya yang satunya sambil mengurusi dapur, selisih tiga menit saja, saya pasti menjadi korban," kata Indah.
Indah juga mendengar suara ledakan tersebut, tetapi Indah mengira suara tersebut datangnya dari ledakan tabung gas dari bengkel tetangganya.
Ia baru benar-benar menyadari apa yang telah terjadi ketika Rendy berlari ke rumahnya, sambil berteriak-teriak memanggilnya.
"Mama! Mama ini mau ke mana?" teriak Rendy.
Indah menjawab bahwa ia akan pergi ke gereja.
"Mama itu gila ya? Itu lho gerejamu di bom!" seru Rendy.
"Baru saya paham kalau ledakan tadi, itu ya suara bom," kata Indah sambil bergidik ngeri.
Indah tak dapat membayangkan bagaimana kalau dirinya datang ke gereja pada jam seperti biasanya.
Ia bersyukur dirinya dan cucunya tidak menjadi korban.
Penulis: Delya Octovie