Dosen Muda itu Batal Menikah Juni, Padahal Baju Pernikahan Sudah Diberikan kepada Calon Istrinya
Satu di antara korban meninggal dunia yaitu seorang dosen muda bernama Hanif Amrullah (27) yang hendak menikah pada 20 Juni mendatang.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, BREBES - Kecelakaan maut di kawasan Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Minggu (20/5/2018), mengakibatkan 12 orang kehilangan nyawa.
Satu di antara korban meninggal dunia yaitu seorang dosen muda bernama Hanif Amrullah (27) yang hendak menikah pada 20 Juni mendatang.
Tetangga korban, Yati Nur Afiah (26) mengungkapkan semua persiapan untuk pernikahan sudah dilakukan.
"Jajanan untuk acara hajatan sudah siap semuanya. Baju pernikahan juga sudah diberikan kepada calon istrinya," kata Yati, ketika ditemui di Brebes, Senin (21/5/2018).
Yang menyedihkan, tambah Yati, sebelum tabrakan maut itu korban sempat mengirimkan foto dirinya kepada sang ibu.
"Dia mengirimkan foto kemudian mengatakan ingin memakai baju koko warna putih, celana putih, dan peci putih," ucapnya.
Jenazah korban sudah dikebumikan di pemakaman umum setempat pada Minggu malam.
Hanif Amrullah tercatat sebagai dosen di Universitas Peradaban Bumiayu.
Tak pelak kesedihan diungkapkan seorang mahasiswi di akun Facebook.
"Bapak, kami masih tidak percaya, kemarin hari Sabtu senyuman terakhir, bercandaan teakhir untuk kami," tulis akun tersebut.
Baca: Keponakan Setya Novanto Mulai Bernyanyi, Sebut Jatah untuk Nurhayati hingga Mekeng-Markus
Ia juga meminta doa kepada teman-temannya agar almarhum meninggal dalam kondisi khusnul khotimah.
"Teman-teman minta doanya untuk beliau almarhum Hanif Amrullah MPd. Sosok dosen yang baik dan sangat luar biasa," lanjutnya.
Akun Facebook Rori Elbandawi menyebut selain Hanif, seorang mahasiswi Fakultas Farmasi atas nama Amaliyah Dwi Cahyani juga menjadi korban.
"Keduanya menjadi korban saat perjalanan pulang dari kampus," tulisnya.
Sang dosen muda itu bertempat tinggal di Dukuh Talok Tengah RT 005 RW 005 Desa Dukuhturi, Kecamatan Bumiayu, Brebes.
Kisah sedih juga diungkapkan seorang korban luka ringan, Rudi Hartono (43).
Saat kejadian, Rudi tengah mendorong gerobak siomai di pinggir jalan.
Ia mendorong gerobak dari sisi belakang sebelah kiri sehingga truk hanya menabrak gerobaknya saja.
"Saat melihat ke belakang, truk sudah berada di belakang saya sekitar 3 meter. Kemudian menabrak gerobak, saya terpental," kata Rudi.
Baca: AHY: Teroris Musuh Bersama, Harus Dihadapi Seluruh Elemen Bangsa
Namun nasib naas dialami sahabat karibnya, Roni (48), yang juga penjual siomai.
"Saat mendorong gerobak, Roni berada di depan saya. Setelah menabrak gerobak saya, truk menabrak Roni beserta gerobak siomainya, " jelas Rudi.
Ia menuturkan kejadian begitu cepat. Truk melaju dengan cepat hingga menabrak dan menghancurkan gerobaknya.
"Dari belakang ada yang teriak awas ada truk. Saya menengok tiba-tiba langsung menabrak, karena jaraknya sudah dekat," tambahnya.
Rem tak Blong
Kecelakaan di Desa Jatisawit, Kecamatan Bumiayu, Brebes, tersebut dipicu oleh truk bernuatan gula yang dikemudikan Pratomo Diyanto (46), warga Karangtengah, Kecamatan Sampang, Kabupaten Cilacap.
Sopir tak bisa mengendalikan truk warna merah H 1996 CZ itu sehingga menabrak sejumlah kendaraan dan rumah-rumah di sekitar lokasi peristiwa.
Tim Traffic Accident Analysis (TAA) Direktorat Lalu Lintas Polda Jateng yang melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) menemukan fakta rem truk tidak mengalami malfungsi.
"Berdasarkan pemeriksaan dan hasil identifikasi, rem berfungsi baik," kata Direktur Lalu Lintas (Dirlantas) Polda Jateng, Kombes Pol Bakharuddin.
Menurutnya, ada beberapa faktor penyebab kecelakaan tersebut.
Pertama, jalan turunan panjang namun landai yang membuat kecepatan truk terus bertambah.
"Setelah melewati turunan flyover Kretek sepanjang 480 meter, kemudian truk melewati turunan lagi sepanjang dua kilometer, kecepatan 60 - 70 kilometer per jam," jelasnya.
Saat di turunan tersebut kemungkinan truk terus melaju.
Bakharuddin menuturkan, sopir truk berusaha mengerem tapi kesulitan. Begitu juga saat berusaha memindahkan gigi tidak berhasil. Rem tangan juga tidak berfungsi.
"Beban truk yang banyak dan melaju di turunan menjadikan truk terus melaju tak terkendali," imbuhnya.
Besar tonase yang diizinkan, katanya, adalah 20 ton. Namun truk membawa beban gula pasir seberat 38 ton, artinya ada kelebihan beban 18 ton.
Dirlantas menyatakan truk yang punya beban berat seharusnya melintasi jalan lingkar bukan jalan dalam kota.
Namun, karena laju truk sudah tidak terkendali, akhirnya sopir mengambil jalan lurus ke arah dalam kota.
"Sopir kemungkinan tidak memahami jalan dalam kota yang ramai, banyak orang ngabuburit, jualan dan lain-lain. Sehingga dia mengambil jalan lurus bukan belok ke arah jalan lingkar," tambah Dirlantas. (tribunjateng/mam)