Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pasutri Manula Hidup Dari Jualan Ketela Titipan Tetangga, Kalau Belum Habis Belum Berani Beli Beras

Bahkan kakek nenek itu, terpaksa menempati rumah semi permanen di atas tanah irigasi, di bantaran sungai, karena tidak memiliki rumah sendiri.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Pasutri Manula Hidup Dari Jualan Ketela Titipan Tetangga, Kalau Belum Habis Belum Berani Beli Beras
Kompas.com
Wakil Bupati Demak Joko Sutanto saat meninjau Suyati dan Kamijan 

TRIBUNNEWS.COM, DEMAK -- Sebagai daerah lumbung padi nasional, ribuan warga Demak masih hidup di bawah garis kemiskinan.

Salah satunya pasangan suami istri, Kamijan (70) dan Suyati (60), warga Desa Gajah RT 07 RW 03, Kecamatan Gajah, Kabupaten Demak.

Bahkan kakek nenek itu, terpaksa menempati rumah semi permanen di atas tanah irigasi, di bantaran sungai, karena tidak memiliki rumah sendiri.

"Sudah tiga tahun tinggal di sini. Dulunya ikut keponakan. Tapi sekarang rumahnya dikontrakan, ya terpaksa hidup di sini, " ujar Kamijan, seusai menerima kunjungan Wakil Bupati Demak, Joko Sutanto, Senin (21/5/2018) sore.

Di rumah berukuran 4 x 2,5 meter yang tak layak ditempati itulah, kedua manula itu menjalani kehidupan sehari-hari. Kesan kumuh langsung bisa kita lihat, manakala masuk ke rumah yang langsung berdekatan dengan sungai itu.

Tak ada kursi ataupun sofa di ruang tamu. Begitupun kondisi ruang tidur, menyatu dengan dapur yang lantai plesternya sudah mulai mengelupas.

Ya, kakek nenek itu hanya hidup berdua saja, sementara keempat anaknya sudah berkeluarga dan mempunyai kehidupan sendiri-sendiri, ada yang di Pati, Solo, dan Kalimantan.

BERITA REKOMENDASI

Hanya si bungsulah yang sesekali menjenguk kedua orangtuanya, karena kebetulan tinggal di Desa Harjowinangun, Kecamatan Dempet, Demak. Untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, Kakek Kamijan dan istrinya banyak mengandalkan dari hasil berjualan ketela pohon.

Itupun atas belas kasihan warga yang menitipkan ketela pohon untuk dijualnya. Satu sak berisi 40 kilogram ketela pohon titipan tetangga tersebut, mereka bagi menjadi 40 bungkus plastik ukuran satu kilogram.

Mereka menjualnya Rp. 4.000 per bungkus. Dengan berjalan kaki, ketela pohon itu ditawarkan oleh Kakek Kamijan, kepada para tetangga.

Terkadang, diapun menjualnya hingga ke desa-desa tetangga. Masuk kampung keluar kampung agar dagangannya cepat habis sehingga dapur bisa tetap mengepul.

"Satu sak kami setor Rp 125.000-150.000. Sehari terkadang dapat untung Rp 15.000-20.000. Kadang dua hari atau tiga hari baru habis. Kalau belum habis semua, kami belum berani beli beras," ucapnya.


Sementara itu, Wakil Bupati Demak Joko Sutanto menyatakan, angka kemiskinan di Kabupaten Demak masih cukup tinggi, mencapai 13 persen.

Berbagai cara dilakukan Pemerintah Kabupaten Demak untuk mengentaskan dan menurunkan angka kemiskinan di Demak, salah satunya dengan menggandeng Bazda Demak.

"Kakek Kamijan ini satu dari 13 persen itu (angka kemiskinan Demak). Ini salah satu contoh, warga kurang beruntung yang perlu kita bantu," tuturnya seusai menyalurkan bantuan dari Bazda Demak kepada Kakek Kamijan.

Melalui momentum Ramadhan, Joko mengajak pejabat Demak maupun warga yang hidup berkecukupan ikut mengulurkan tangan membantu orang yang kurang mampu.

"Kita ketuk hati temen-temen Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan warga lainnya, agar membiasakan diri peduli, bahwa masih ada bagian kecil warga kita yang kurang mampu. Mari kita rawat sikap toleransi kepada sesama," tutup Joko. (Ari Widodo)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Kakek Kamijan, Andalkan Ketela Pohon untuk Bertahan Hidup",

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas