Letusan Akibatkan Vegetasi di Lereng Merapi Terbakar
Beberapa saat setelah letusan ini, dilaporkan terjadi hujan abu pada pukul 08.58 WIB di Pos Pengamatan Gunung Merapi Jrakah.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribun Jogja, Yudha Kristiawan
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Gunung Merapi pagi ini kembali melakukan aktivitas signifikan.
Menurut rangkuman data BPPTKG Yogyakarta, tepat pukul 08.20 WIB pagi, gunung yang hampir sebulan terakhir terus bergejolak kembali meletus, Jumat (1/6/2018).
Tercatat letusan kali ini berdurasi selama dua menit dengan amplitudo maksimum 77 mm dengan tinggi kolom mencapai 6000 meter mengarah ke barat laut bisa terlihat dari Pos Pengamatan Gunung Merapi di Jrakah.
Beberapa saat setelah letusan ini, dilaporkan terjadi hujan abu pada pukul 08.58 WIB di Pos Pengamatan Gunung Merapi Jrakah.
Selanjutnya pukul 09.02 WIB hujan abu juga mengguyur wilayah Pos Pengamatan Gunung Merapi Selo.
Baca: Dibunuh Pendeta Henderson, Jenazah Rosalia akan Disemayamkan di Rumah Opungnya
Sebaran abu masih mengarah ke barat antara barat laut dan barat daya.
Akibat letusan ini, dilaporkan dari Pos Pengamatan Gunung Merapi Jrakah dan Babadan muncul asap putih di area hutan Taman Nasional Gunung Merapi di sektor barat.
Analisis sementara dari BPPTKG, dimungkinkan asap tersebut adalah vegetasi yang terbakar.
"Adanya asap putih yang terlihat dimungkinkan karena vegetasi yang terbakar akibat terkena lontaran hujan material letusan. Kita pastikan bukan awan panas. Jaraknya sekitar 1,5 kilometer dari puncak. Saat ini masih aman, radius yang kita tetapkan untuk tak ada aktivitas masih 3 kilometer," ujar Kepala BPPTKG Yogyakarta Hanik Humaida.
Sementara itu menurut data BPPTKG, aktivitas kegempaan Gunung Merapi kemarin yakni terjadi hembusan 4 kali, vulkanik tektonik (VT) 5 kali dengan kedalaman dominan di bawah 3 Kilometer dari puncak mengindikasikan proses magmatis ini berpengaruh terhadap letusan yang terjadi pagi ini.
Baca: Mantan Pengacara Setya Novanto Terdiam Dituntut 12 Tahun Penjara
Namun demikian, Hanik menjelaskan, ekstrusi magma ke permukaan masih membutuhkan waktu mengingat diperkirakan posisi magma saat ini masih berada di bawah 3 kilometer berdasarkan kedalaman gempa VT yang terjadi.
Selain itu, data deformasi tidak menunjukkan adanya gejala inflasi atau deflasi yang berarti.
Data geokimia dari pemantauan SO2 di puncak Merapi tidak menunjukkan adanya peningkatan flux.
Oleh karena itu, lanjut Hanik, berdasarkan hasil olah data letusan kali ini, sementara disimpulkan, bahwa menunjukkan adanya peningkatan aktiitas vulkanik Gunung merapi masih tinggi sehingga tingkat aktivitas masih ditetapkan pada tingkat Waspada (Level II).