Cuaca Panas Dirasakan Masyakat Kabupaten Aceh Barat Daya
Sinar matahari menyengat sehingga para petani harus mencari tempat berteduh di bawah pohon-pohon kecil sekitar areal sawah
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Serambi Indonesia Zainun Yusuf
TRIBUNNEWS.COM, ACEH - Cuaca panas dipicu terik mata hari menyengat melanda kawasan Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya) selama beberapa hari terakhir sampai Selasa (5/6/2018).
Warga tidak mampu berlama-lama bekerja di tempat terbuka, terlebih dalam keadaan sedang melaksanakan ibadah puasa.
Petani di kecamatan-kecamatan sangat kewalahan mempersiapkan lahan untuk Musim Tanah (MT) 2018.
Sinar matahari menyengat sehingga para petani harus mencari tempat berteduh di bawah pohon-pohon kecil sekitar areal sawah atau pematang sawah yang bisa digunakan sebagai tempat berlindung.
“Bila dipaksakan bekerja di bawah terik mata hari, bisa jatuh sakit,” kata Tamid, petani Desa Kuta Bahagia, Kecamatan Blangpidiem kepada Serambinews.com, Selasa (5/6/2018).
Dikatakan, cuaca panas siang hari melanda sekitar lima hari terakhir sehingga sebagian warga enggan keluar rumah.
Hujan tidak turun selama beberapa hari belakangan juga menimbulkan suhu panas pada malam hari sehingga banyak warga kewalahan.
Kipas angin di masjid-masjid harus berfungsi maksimal untuk mengusir hawa panas yang mendera para jamaah shalat tarawih.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Kabupaten (BPBK) Abdya, Amiruddin dihubungi Serambinews.com menjelaskan berdasarkan data diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Aceh, Selasa bahwa suhu maksimum 32 derajat Celsius dan suhu minimum 23 derajat Celsius dengan kelembaban 60 persen.
Baca: Harga TBS Sawit Abdya Anjlok, Kerap Terjadi Jelang Lebaran
Cuacana panas yang menerpa kawasan Kabupaten Abdya kurun waktu hampir satu pekan, menurut Amiruddin, masyaraka perlu meningkatkan kewaspadaan bahaya kebakaran.
Kewaspadaan dimaksud agar tidak membakar sampah secara sembarang, dan petani agar tidak membuka lahan dengan cara membakar.
Warga juga diminta harus memastikan kompor dalam keadaan mati sebelumnya meninggalkan rumah untuk melaksanakan shalat tarawih di masjid-masjid.