Dedi Mulyadi Resmikan Rumah Anti Kebanjiran di Pinggir Sungai Citarum
Jika terpilih sebagai wakil gubernur, ia akan mencanangkan pogram perbaikan rutilahu di pinggiran Sungai Citarum yang kerap direndam banjir
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Mega Nugraha Sukarna
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Calon Wakil Gubernur Jabar Dedi Mulyadi meresmikan prototype rumah anti kebanjiran di Kampung Bojong Asih Desa Dayehkolot Kecamatan Dayehkolot Kabupaten Bandung, Selasa (5/6/2018).
Pantauan, rumah itu tepat berada di pinggir Sungai Citarum.
Rumah milik Ny Erni (50) dan Nono (58) ini berukuran 32 meter persegi dengan empat ruangan. Semula, rumah itu nyaris roboh dan tidak layak huni dan ditempati berpuluh tahun.
Saban banjir, keluarga itu kerap mengungsi dan memperparah rumah yang tidak layak huni tersebut. Dedi sempat mendatangi rumah itu belum lama ini dan merobohkannya. Dibantu temannya, Dodi, rumah tersebut akhirnya direnovasi.
"Ini rumah anti banjir. Tingginya 3 meter, dinding dan lantainya dari kayu. Kalau nanti banjir, rumah ini tidak akan kebanjiran. Saya hanya memberi ide, pak Dodi yang punya uang yang memperbaiki," ujar Dedi di rumah itu.
Jika terpilih sebagai wakil gubernur, ia akan mencanangkan pogram perbaikan rutilahu di pinggiran Sungai Citarum yang kerap direndam banjir dengan memperbaiki rumah dengan tipe seperti rumah keluarga Nono.
Baca: Bocah di Bandung Ini Menginspirasi Dedi Mulyadi Hingga Akhirnya Dijadikan Anak Angkat
"Karena biaya untuk rumah seperti ini murah. Dan anggaran Pemprov Jabar menurut saya sangat mencukupi untuk perbaikan rumah anti banjir seperti ini," katanya.
Banjir tahunan di Kabupaten Bandung karena luapan Sungai Citarum kerap merendam ribuan rumah. Termasuk di desa itu. Dedi berpendapat, solusi untuk mengatasi masalah itu dengan membangun rumah anti banjir seperti yang dibangun di Kampung Bojong Asih.
"Antisipasi rumah banjir ini kan sederhana, gimana caranya rumah warga tidak kebanjiran. Solusinya bikin rumah begini, fondasinya dibikin tinggi sampai 3 meter. Dinding dan alasnya pakai kayu, tiap sungai meluap rumah tidak akan kebanjiran," kata Dedi.
Dodi sebagai rekanan Dedi Mulyadi mengaku diberi ide oleh Dedi untuk merenovasi rumah tidak layak huni milik Nono. "Saya perbaiki, biayanya tidak lebih dari Rp 25 juta," kata Dodi.
Erni tidak menyangka rumah yang semula sudah tidak berbentuk itu kini jadi enak dipandang. Dulu, rumahnya yang beralas tanah, kini beralas kayu yang mahoni yang hangat.
Baca: Olot Adat Jawa Barat Dukung Hasanuddin-Anton
"Saya enggak nyangka rumah saya sepertibini. Tanahnya kecil tapi dengan seperti ini jadi seperti mewah, padahal sederhana," kata dia.
Ia yakin dengan rumah barunya itu, rumahnya tidak akan kebanjiran. Biasanya, banjir di kawasan itu tinggi muka air mencapai dua meter lebih. Tinggi fondasi rumah Erni mencapai 3 meter.
"Karena fondasinya tinggi, jadi tidak akan terendam. Saya berterima kasih sama pak Dedi yang memberi ide dan pak Dodi yang membangun," kata Erni. (Mega Nugraha)