Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
DOWNLOAD
Tribun

Kisah Dua Abdi Dalem Masjid Pajimatan Imogiri

Tak sulit menuju Masjid Pajimatan Imogiri. Yang pernah berziarah ke Makam Raja Imogiri Bantul di sisi selatan Yogyakarta

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Kisah Dua Abdi Dalem Masjid Pajimatan Imogiri
Tribun Jogja
Masjid Pajimatan Imogiri 

TRIBUNNEWS.COM -- Masjid itu terlihat sederhana namun asri. Nyaris tak ada ornamen mewah kekinian. Masih utuh dan khas kunonya.

Masjid Pajimatan Imogiri Bantul terlihat sederhana. Nyaris tak ada ornamen mewah. Ukuran masjid, hanya sekitar 10x10 meter persegi.

Tapi, di balik kesederhanaan itu, Masjid Pajimatan Imogiri memiliki kisah panjang sejarah. Sebab, selain sebagai tempat ibadah, masjid ini menjadi simbol harmonisasi dua wilayah.

Tak sulit menuju Masjid Pajimatan Imogiri. Yang pernah berziarah ke Makam Raja Imogiri Bantul di sisi selatan Yogyakarta, pasti pernah melewati halaman depan masjid ini.

Baca: Percakapan Rika dengan Hendri Sebelum Gadis Cantik Itu Dibunuh dan Dimasukkan ke Kardus

Baca: Kisah Cinta Pendeta Handerson Membunuh Anak Angkatnya yang Diduga Motif Cemburu

Letak Masjid Pajimatan Imogiri berada di sisi kiri di jalan menuju makam tepat sebelum pengunjung melewati ratusan anak tangga yang terkenal itu.

Masjid Pajimatan Imogiri dibangun tahun 1632 era pemerintahan Sultan Agung Mataram III, yaitu Prabu Hanyokrokusumo.

Kesederhanaan masjid ini terlihat dari tembok bangunan yang berwarna putih polos lalu atap seng ditopang dengan tiang dari kayu. Nyaris tak ada desain arsitektur mencolok di bagian masjid.

Berita Rekomendasi

Sebelum menjadi seperti sekarang, konon dahulunya masjid ini dibangun dengan struktur utama kayu jati. Tembok dibuat dari susunan batu bata dibalut adonan pasir, kapur dan batu bata yang dihancurkan. Ada kolam di bagian muka masjid, tapi kini tak lagi difungsikan.

Sementara bagian atap yang dulunya dipakai bahan genteng sirap, kini diganti seng bergelombang dicat cokelat dengan tetap memakai bentuk limasan.

Masuk ke dalam, tampak bedug berdiameter satu meter di sudut kiri-depan masjid. Sementara sudut kanan, tampak mimbar kayu untuk khatib.

“Tidak banyak yang berubah dari masjid ini. Sejak saya kecil ya seperti itu. Kami dari takmir dan warga sekitar selalu merawat masjid. Bagi kami, Masjid Pajimatan Imogiri adalah tempat kami beribadah dan menjadi simbol sejarah yang sangat kuat,” kata salah satu Takmir Masjid Pajimatan Imogiri, Abdul Ghani.

Abdul Ghani yang sudah sejak tahun 1961 menjadi takmir masjid ini punya banyak cerita selama datang berkunjung dan beribadah ke Masjid Pajimatan Imogiri yang lokasinya juga tak jauh dari kediamannya itu.

Sebagian, berupa cerita berbau mistis yang akan selalu ia ingat sampai kapanpun. Satu yang ia ingat, adalah ketika ia melihat sekumpulan anak kecil tanpa pakaian yang bermain di tangga masuk masjid.

Padahal kala itu waktu menunjukan pukul 01.00 dini hari. Ketika Abdul sedang berada di masjid. Hanya dalam satu kedipan, anak-anak kecil itu hilang dari pandangan mata.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Klik Di Sini!
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas