Daun di Sekitar Rumah Menjadi Inspirasi Shanty dalam Membuat Motif Batik
Inovasi batik yang dibuat Shanty Octavia Utami membuatnya kian kebanjiran order. Tak cuma dari dalam negeri, tetapi dari luar negeri pula.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Inovasi batik yang dibuat Shanty Octavia Utami membuatnya kian kebanjiran order. Tak cuma dari dalam negeri, tetapi dari luar negeri pula.
Alumni S1 Teknik Kimia ITS ini memanfaatkan daun-daunan untuk inovasinya itu.
Daun yang didapat oleh Shanty di sekitar area rumahnya itu dijadikan inspirasi motif batik sekaligus pewarna alami.
Shanty menjelaskan, daun itu mula-mula direndam di air selama beberapa hari.
Lalu daun itu ditumbuk di atas sebuah kain.
Kain yang digunakan Shanty berbagai macam jenisnya, antara lain kain tenun, sutra, dan spandeks.
"Tujuan ditempa, agar warna alami dari daun keluar," terangnya.
Shanty mengungkapkan, ide ini muncul karena ia ingin memadukan fashion dengan karya seni.
Nuansa alamlah yang dipilih Shanty untuk mewujudkan inovasi barunya itu.
"Saya ingin membuat teknik membatik yang baru dan berbeda," ucapnya.
Shanty menyebutkan, harga dari produk yang dinamai eco printing itu berkisar Rp 70.000 hingga Rp 500.000.
"Yang paling mahal adalah motif daun jati merah. Karena Sulit mendapatkan daun itu. Di Surabaya hanya sedikit," terang Shanty.
Shanty memasarkan produknya melalui media sosial Instagram dan Facebook. Dengan memanfaatkan media sosial produknya lebih mudah dikenal oleh masyarakat di luar Surabaya.
"Yang paling ramai orderan di Facebook perhari bisa 5," sebutnya.
Benar saja, pelanggan Shanty sudah merebak luas hingga mancanegara.
Selain itu, perancang busana kawakan Indonesia Oscar Lawalatta juga pernah memesan produknya.
"Warga negara asing yang membeli produk saya berasal dari Turki, Kuba, dan Thailand," tandasnya.