Baju dan Sertifkat Ludes, Slamet Akhirnya Tinggal di Halaman Rumahnya yang Sudah Gosong
Slamet Riyanto (47) hanya bisa melamun dan tak bisa berbuat apa-apa, melihat rumah berukuran 8x6 meter yang ditiinggalinya ludes oleh si jago merah.
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Akhtur Gumilang.
TRIBUNNEWS.COM, TEGAL - Slamet Riyanto (47) hanya bisa melamun dan tak bisa berbuat apa-apa, melihat rumah berukuran 8x6 meter yang ditiinggalinya ludes oleh si jago merah.
Ya, Slamet adalah warga RT 4 RW 4 Gang Dandasari, Kelurahan Debong Tengah, Tegal Selatan, Kota Tegal yang rumahnya terbakar pada Rabu (18/7/2018) pukul 18.30 WIB kemarin.
Bak pribahasa, sudah jatuh tertimpa tangga, seisi barang-barang berharga yang dimiliki Slamet pun raib tanpa tersisa.
Bahkan, Sertifikat tanah rumah dan tanah yang dimiliki Slamet pun ikut kandas oleh kobaran api.
"Ya selain rumah, seisinya pun terbakar semua. Mulai dari baju, celana, bahkan sertifikat tanah pun ikut ludes," ungkap Slamet sembari menatap kosong sisa-sisa rangka rumahnya.
Slamet yang hidup seorang diri ini pun kini bingung hendak tinggal dimana untuk bermalam sementara.
Meski sempat ditawari tinggal di kantor kelurahan untuk bermalam, Slamet ternyata lebih memilih tinggal di depan halaman rumahnya yang sudah terbakar.
Halaman rumah Slamet memang dilihat warga sekitar cukup luas untuk membangun beberapa rumah lagi.
Namun di halaman itu, tak ada satupun atap ataupun tempat yang layak untuk berbaring bagi Slamet.
"Saya di sini saja. Saya bingung, semuanya sudah ludes. Tinggal tanah halaman ini yang saya punya satu-satunya," ucap Slamet dalam-dalam.
Peristiwa yang menimpa Slamet membuat para warga semakin simpati, khususnya Lurah Debong Tengah, Suwarno.
Pagi harinya, Kamis (19/7/2018), Suwarno melihat langsung kondisi rumah Slamet yang tak bersisa apapun, selain kerangka rumah yang kusam dan gosong.
"Nanti dari Dinas Sosial (Dinsos) Kota Tegal bakal kasih bantuan berupa pakaian dan alat dapur. Sesegara mungkin," ujar Suwarno.
Kepada Tribunjateng.com, Suwarno mengatakan bahwa Slamet memang merupakan warga Debong Tengah.
Dulu, kata Suwarno, korban yang hidup seorang diri ini berasal dari keluarga mampu dan terpandang.
Meski demikian, Slamet kini hanya bergantung hidup dari bantuan RT, RW, dan Kelurahan karena tak bekerja alias menganggur.
"Dia (Slamet) dari keluarga kaya. Semenjak kehilangan bapak angkatnya karena meninggal saat haji di tanah suci, dia jadi agak berubah dan suka menyendiri," jelas Suwarno.
Kini, ia selaku Lurah hanya bisa berharap bantuan dari pihak terkait.
Dalam hal ini, ia pun telah memberi pertolongan seadanya berupa bahan-bahan pangan untuk kebutuhannya sehari-hari.
Ya saya tawari untuk tinggal sementara di kantor RT dan RW, tapi dia menolak. Jadi, saya bantu seadanya aja berupa bahan-bahan kebutuhan pokok," tambah Suwarno.
Seperti diketahui, rumah Slamet yang sebagian besar bermaterial kayu ludes terbakar akibat konsleting listrik.
Terbakarnya rumah itu pun sempat membuat panik warga sekitar karena kobaran api cukup tinggi.
Akhirnya, si jago merah bisa dijinakan oleh petugas Damkar selama satu jam, sehabis kejadian dimulainya api muncul. (*)