Kisah Perempuan-perempuan Pemecah Batu di Semarang
Profesi sebagai pemecah batu memang lekat dilakukan oleh laki-laki. Sebab pekerjaan ini memang sangat berat dan pastinya melelahkan.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Profesi sebagai pemecah batu memang lekat dilakukan oleh laki-laki.
Sebab pekerjaan ini memang sangat berat dan pastinya melelahkan.
Bagaimana tidak, setiap hari harus mencari dan membawa batu dari sungai, kemudian dipecahkan satu-persatu.
Namun, berbeda dengan para pemecah batu di Jalan Raya Meteseh, Tembalang, Semarang.
Mereka mayoritas adalah perempuan dan rata-rata umur mereka lebih dari 50 tahun.
Seperti satu di antara mereka, yakni Alimah, perempuan yang telah berumur kurang lebih 52 tahun.
"Saya gak tau kalo ditanya umur. Seingat saya dulu lahir 1966. Hitung saja sendiri," ujarnya sambil tertawa.
Perempuan asli Semarang ini mengaku telah mengawali profesi sebagai pemecah batu kurang lebih sudah 25 tahun silam.
"Aku juga lupa kapan pertama jadi tukang pecah batu. Dulunya cuma ikut orang tua dari sebelum menikah sampai telah berkeluarga. Ya ikut bantu-bantu orang tua seperti itu," tuturnya kepada Tribun Jateng.
Perempuan yang telah memiliki tiga orang anak tersebut masih setia menjalani profesinya menjadi pemecah batu sampai sekarang.