Siswi SMK Gianyar Meninggal Usai Latihan Lomba Gerak Jalan Agustusan
Lomba gerak jalan dalam perayaan 17 Agustusan kembali memakan korban. siswa SMK Negeri 1 Tegalalang meninggal dalam perlombaan karena faktor kelelah
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, GIANYAR– Lomba gerak jalan dalam perayaan 17 Agustusan kembali memakan korban.
Jika tahun sebelumnya, korban yang merupakan siswa SMK Negeri 1 Tegalalang meninggal dalam perlombaan karena faktor kelelahan.
Tahun ini, tepatnya Senin (6/8/2018), kejadian nahas dialami seorang siswi SMK Kesehatan Maharshi, Ni Kadek Irawati (6/8/2018).
Gadis asal Payangan tersebut dinyatakan tewas di RSUD Sanjiwani Gianyar diduga karena serangan jantung, ketika mengikuti latihan gerak jalan untuk persiapan 17 Agustusan.
Komisioner Komisi Perlindungan Anak (KPA) Bali, Kadek Ariasa sangat menyanyangkan kejadian ini.
Terlebih lagi, kasus tewasnya siswa saat gerak jalan tidak tidak terjadi kali ini saja.
Menurut Ariasa, kasus ini terjadi dikarenakan kurang profesionalnya para pembina, khususnya pihak sekolah dalam memilih peserta gerak jalan.
Dimana mereka hanya memilih seseorang dari segi penampakan fisik, tanpa mengenal riwayat penyakit setiap siswa.
Selain itu, padatnya aktivitas latihan juga menjadi pemicu kasus seperti ini.
“Kami sangat menyanyangkan kondisi ini terjadi lagi. Karena itu, kami berharap pihak sekolah, pembina dan orangtua agar mengawasi betul kondisi kesehatan anak-anaknya sebagai peserta gerak jalan, khususnya dalam aspek mental dan fisik."
"Sedini mungkin anak-anak tersebut dipastikan tidak memiliki riwayat kesehatan, yang membuka peluang anak tersebut mengalami kelelahan yang berujung pada kematian,” ujar Ariasa, yang juga pemilik RSU Ari Santi Mas, Ubud itu.
Berdasarkan data dihimpun Tribun Bali, sebelum peristiwa nahas tersebut terjadi, korban yang masih duduk di bangku kelas X, tengah mengikuti latihan baris berbaris, dengan menempuh rute Jalan Raya Wanayu, Desa Bedulu, Blahbatuh – Jalan Raya Pejeng , Tampaksiring.
Dimana latihan tersebut sudah diikuti oleh korban sejak sepekan lalu.
Namun nahas, Senin (6/8/2018), ketika latihannya akan selesai, tepatnya di kawasan Pura Samuan Tiga, Bedulu, sejumlah teman melihat kondisi korban pucat.
Sejumlah teman yang melihat kodisi tersebut lantas mengajak korban untuk keluar barisan, lalu memboyongnya ke sekolah.
Korban pun diberikan pertolongan pertama di dalam lab sekolah.
Namun bukannya membaik, korban justru kejang-kejang sehingga langsung dilarikan ke RSUD Sanjiwani Gianyar.
Ia pun akhirnya menghembuskan nafas terakhir di sana, dengan diagnosa serangan jantung.
Sekda Gianyar, Made Gde Wisnu Wijaya mengaku terpukul terhadap peristiwa tersebut.
Pihaknya pun akan melakukan evaluasi secara besar-besaran, khususnya dalam pemilihan peserta gerak jalan.
Menurut dia, pemilihan anggota memang tidak boleh asal-asalan.
Tetapi harus mempertimbangkan rekam medis para siswa, sengingat lomba ini membutuhkan stamina yang bugar.
“Ini akan jadi bahan evaluasi kita bersama, pihak sekolah, Pemkab Gianyar maupun Pemprov Bali. Kita tidak boleh memilih peserta hanya berdasarkan keindahan fisik, dan kesiapan saat ia terpilih."
"Rekam medis menjadi hal utama. Selain itu, jam latihan yang sangat padat juga sangat berpengaruh. Kami sangat terpukul atas kejadian ini,” ujar Wisnu. (*)