Misteri Pembunuhan PNS di Aceh Terungkap dari Miscall
Selain itu, terdapat catatan kecil mengenai utang korban kepada NF yang ditemukan dalam genggaman tangan jenazah Ishak.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, LHOKSEUMAWE - Tim gabungan Polres Lhokseumawe dan Polda Aceh menembak kedua kaki (kiri-kanan) pelaku pembunuhan M Ishak Zakaria (47), pegawai negeri sipil ( PNS) Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, Aceh Utara, Minggu (12/8/2018).
Pelaku yang berinisial NF (35), merupakan rekan bisnis korban warga Desa Krueng Baro, Kecamatan Langkahan, Kabupaten Aceh Utara.
Kasat Reskrim Polres Lhokseumawe, Iptu Reski Adrian mengatakan, kecurigaan polisi berawal dari miscall atau panggilan terakhir korban ke nomor telepon tersangka.
Selain itu, terdapat catatan kecil mengenai utang korban kepada NF yang ditemukan dalam genggaman tangan jenazah Ishak.
“Hasil introgasi, pelaku siang itu menemui korban dengan maksud ingin menagih utang," ujar Reski, Senin (13/8/2018).
"Sempat beradu pendapat dan dikuasai emosi, tersangka dan rekannya IRS yang kini menjadi DPO nekat memukul dan membacok korban dengan linggis serta parang yang ada di dalam gudang,” tuturnya.
Setelah membunuh korban, mereka kabur dengan membawa uang senilai Rp 100 juta yang sudah dipersiapkan korban untuk membayar utang.
“Uang 100 juta rupiah itu lalu dibagi dua antar pelaku. Sisa uang itu Rp 21 juta lebih kita sita dari total Rp 100 juta itu,” ungkap Reski.
Selain itu, saat ditangkap di rumahnya, pelaku berusaha melawan.
Akibatnya, polisi menembak kedua kaki pelaku.
“Sekarang kita tahan sembari memburu satu lagi pelaku berinisial IRS,” pungkasnya.
Diberitakan sebelumnya, Seorang pegawai negeri sipil ( PNS) Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Aceh Utara, Muhammad Ishak Zakari (74) ditemukan tewas bersimbah darah di gudang miliknya di Desa Meunasah Mayang, Kecamatan Muara Dua, Kota Lhokseumawe, Selasa (7/8/2018) malam.
Jasad korban ditemukan pertama kali oleh tetangganya, Akmalu Fatah (35).
Kasat Reskrim Polres Lhokseumawe, Iptu Riski Andrian, Rabu (8/8/2018), menyebutkan, korban setiap sore menjelang magrib biasa berdiri di depan gudang miliknya.