Fenomena Kesurupan yang Dikaitkan dengan Tarian Rejang Sandat Ratu Segara Masih Terjadi
Fenomena kerauhan (kesurupan) yang dikaitkan dengan tarian Rejang Sandat Ratu Segara di kawasan wisata Tanah Lot, masih terjadi hingga Senin kemarin.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, TABANAN - Fenomena kerauhan (kesurupan) yang dikaitkan dengan tarian Rejang Sandat Ratu Segara di kawasan wisata Tanah Lot, masih terjadi hingga Senin (27/8/2018) kemarin.
Rata-rata siswi yang mengalami kesurupan tersebut merupakan penari Rejang Sandat Ratu Segara.
Namun, Siwa Murthi menyatakan fenomena kerauhan ini disebabkan oleh adanya unsur X yang sudah ada dalam diri sejumlah siswi.
Menurut data yang berhasil diperoleh, sebanyak 91 siswi dari beberapa kecamatan di Tabanan seperti dari SMPN 1 Marga, SMPN 2 dan 3 Selemadeg Timur, SMA N 1 Kediri, SMK Gandhi Usada, dan SMPN 4 Baturiti datang untuk berobat karena kerauhan ke posko sekala niskala yang dibuka sejak Jumat (24/8/2018) lalu.
Pada hari pertama posko dibuka, jumlah siswi yang datang sebanyak 10 orang, hari kedua 63 orang, dan di hari keempat ada 18 orang siswi yang berasal dari SMPN 4 Baturiti. Namun, dari jumlah tersebut, ada siswi yang datang dua kali.
Kepala SMPN 4 Baruriti, I Ketut Sutrisna menyatakan bahwa siswi yang mengalami kesurupan terjadi sebelum pementasan Rejang Sandat.
Hal itu disebabkan oleh letak sekolah yang tergolong tenget atau angker.
"Sebelum pementasan juga sudah ada yang kesurupan karena di sana (sekolah) memang diapit tempatnya oleh tiga pura berbeda," ujar Sutrisna, Senin (27/8/2018).
Baca: Bupati Bandung Barat Nonaktif Abubakar Terima Setoran Rp 860 Juta dari Para Kepala Dinas
Dia menyebutkan, hari ini (kemarin) sebanyak 17 siswinya diajak ke posko untuk mengecek penyebab dari kesurupan tersebut. Dari jumlah tersebut, dua orang di antaranya merupakan penari.
Senin kemarin, kata dia, siswinya terpaksa dibawa ke posko lantaran kembali mengalami kesurupan di sekolah saat usai upacara bendera.
"Dua orang siswi yang juga penari memang mengalami kesurupan. Namun selain itu, kami juga ajak ke posko untuk dapat mengecek apakah ada gangguan atau gimana," kata Sutrisna.
Ia menambahkan, berdasarkan inisiatif dari sekolah dan orang tua siswa akhirnya disepakati untuk menggelar pecaruan abrumbunan di sekolah, dan dilanjutkan siswa melakukan panglukatan di Pura Luhur Tanah Lot.
"Itu sudah berdasarkan kesepakatan, kami akan menggelar pecaruan dan siswa juga akan malukat," tandasnya.
Sementara itu, Ketua Ranting Siwa Murthi Kediri, Jro Mare Astawa menyatakan, bahwa sebagian besar dari siswi yang mengalami kerauhan disebabkan oleh bebai.
"Sudah empat hari, masih ada yang datang ke sini (posko sekala-niskala). Sebagian besar, setelah kami cek, ada unsur non-medis yakni bebai (kekuatan gaib). Itu memang ada unsur non-medis pada siswa itu sendiri. Bahkan, sebelum menari sudah ada gejalanya. Setelah menari, barulah itu kelihatan," katanya.
Dia menjelaskan, sebagian kesurupan itu disebabkan oleh adanya unsur negatif yang sebelumnya sudah ada pada diri siswi.
Kemudian saat menari ketika ada unsur positif yang masuk, terjadi vibrasi dan muncullah kesurupan.
"Jadi sebagaian besar ada faktor X atau memang ada unsur negatif dalam tubuh siswi tersebut," jelasnya.
Dia melanjutkan, jika memang tidak ada unsur negatif, tidak mungkin para siswi itu mengalami kesurupan.
Artikel ini telah tayang di Tribun-bali.com dengan judul Masih Ada Lagi Fenomena Siswi Penari yang Kerauhan, Siwa Murthi Bali Ungkap Penyebabnya Karena Ini