Kisah Made Dwi Susila, Siang Jadi Penyuluh Agama, Malam Jadi Penyanyi 'Punk'
Namun, siapa sangka pria asal Banjar Baluk, Desa Baluk, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana ini adalah seorang penyuluh agama Hindu.
Editor: Hendra Gunawan
Bekerjasama dengan Bendesa Adat Berawan Tangi, Jembrana, Dwi biasanya menggelar penyuluhan agama Hindu kepada masyarakat sembari menggelar sangkep (rapat).
Topik-topik yang ia bawakan biasanya seputar hari raya keagamaan, seperti makna dan filosofi tumpek landep, galungan, purnama, dan tilem.
“Misalnya, hari raya tumpek landep kan terkenal dengan otonan motor. Padahal kan tidak seperti itu. Nah di sanalah saya memberikan materi apa sih sebenarnya hari tumpek landep itu, sehingga masyarakat tidak keliru memahaminya,” tutur punker yang sudah memiliki satu album musik punk itu kepada Tribun Bali.
Pria penuh tato di lengan dan dadanya itu juga bercerita bahwa dirinya tak menutupi identitasnya sebagai anak punk saat memberikan penyuluhan agama di hadapan masyarakat, baik bapak-bapak maupun ibu-ibu PKK.
Namun ia juga kadang harus memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang apa itu punk.
Selama tiga tahun menjadi penyuluh agama, tak jarang ia mendapat cibiran dari teman-temannya baik di kantor, kampus, dan di masyarakat.
“Mimih, kene goban penyuluh agamane? (Aduh, seperti ini wajah seorang penyuluh agama?),” kata Dwi menirukan ucapan teman-temannya seraya tertawa.
Namun, candaaan dan cibiran semacam itu tidak lantas membuat Dwi berhenti sebagai penyuluh agama.
Justru, ia semakin bersemangat belajar mendalami materi-materi yang akan ia berikan saat berceramah atau memberikan dharma wacana.
Dwi juga mengaku suka membaca artikel-artikel tentang agama Hindu, termasuk sering membaca artikel-artikel tentang anak punk, ideologi, gerakan, dan sejarahnya.
Dari membaca buku dan artikel-artikel tentang punk, salah satu yang ia tahu adalah punk ternyata bukanlah sekadar genre musik, melainkan sebuah kebebasan berpikir dan bersikap.
“Punk adalah sekolah, jalanan adalah sekolah, semua orang adalah guru,” kata Dwi.
Saat ini, ia juga sedang berproses membuat sebuah buku tentang punk, dan buku-buku tentang agama yang ia kemas dengan tidak biasa.
“Ya nanti pasti saya terbitkan bukunya. Sekarang masih dalam tahap revisi,” ucap Dwi seraya mengaku akan tetap menjadi punk meski ia sudah di jalan yang berbeda.