Harga Kedelai Naik, Ukuran Tempe Semakin Kecil
Menurut dia, naiknya harga dolar itu sangat berdampak pada usaha pembuatan tempe yang dijalankannya. Dia pun terpaksa memperkecil ukuran tempe
Editor: Sanusi
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Akhtur Gumilang
TRIBUNNEWS.COM, SLAWI - Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ternyata berdampak kepada perajin tempe di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah.
Pasalnya, harga kedelai pun ikut naik. Kenaikan harga bahan baku tempe itu membuat para produsen tempe terpaksa mengurangi ukurannya.
Salah satu perajin tempe di Desa Mejasem, Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Malem (35) mengungkapkan, harga bahan baku kedelai naik Rp 1.000 per kilogramnya.
"Harga naik Rp 1.000. Tadinya harganya Rp 6.500," kata Malem saat ditemui Tribunjateng.com, Kamis (6/9/2018).
Menurut dia, naiknya harga dolar itu sangat berdampak pada usaha pembuatan tempe yang dijalankannya. Dia pun terpaksa memperkecil ukuran tempe yang dijual untuk menyiasati permintaan.
"Berat ya kalau harga kedelai naik, karena jualnya susah. Akhirnya ukuran tempe saya perkecil. Kalau tidak begitu, ya tidak dapat untung," ucapnya.
Untuk produksi tempe yang kemudian dijual dengan cara berkeliling, Malem biasanya membeli kedelai untuk bahan baku sebanyak satu kuintal.
"Mudah-mudahan harganya bisa cepat turun lagi," harapnya.
Kemudian, Salah seorang pemilik agen penjualan kedelai di Kota Tegal, Ruli membenarkan kenaikan harga kedelai yang diimpor.
"Jadi ikut dolar yang naik karena kedelai ini barang impor," ujar Ruli.
Ruli berujar, kenaikan tersebut sudah mulai terjadi sejak tiga bulan terakhir secara bertahap.
Ditambah lagi saat ini, harga dolar sudah hampir menyentuh Rp 15.000 meski fluktuatif.
"Standarnya di bawah Rp 7.000 harganya. Tapi karena dolar naik ya ikut naik. Kalau dihitung-hitung kenaikannya mencapai Rp 1.000," ujarnya.
Ruli juga mengakui kenaikan tersebut berpengaruh besar terhadap para perajin tempe dan tahu yang biasa membeli bahan baku di tokonya.
Mereka tidak mengurangi pembelian bahan baku, namun harus mensiasati agar tetap bisa memperoleh keuntungan.
"Memang pengaruh sekali ke para pengrajin. Mereka bilang berat. Terutama paling kerasa pengrajin tahu, karena paling banyak bahan baku kedelainya," ucapnya.