Kekeringan di Wilayah Pegunungan Kebumen Makin Meluas
Kekeringan di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah akibat kemarau semakin meluas. Ada 44 desa di 11 kecamatan dilaporkan mengalami krisis air bersih.
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribun Jateng Khoirul Muzakki
TRIBUNNEWS.COM, KEBUMEN - Kekeringan di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah akibat kemarau semakin meluas.
Ada 44 desa di 11 kecamatan dilaporkan mengalami krisis air bersih.
Ironisnya, kebanyakan desa kekeringan itu berada di wilayah pegunungan, yang relatif dekat dengan hutan.
Padahal, wilayah pegunungan identik dengan melimpahnya sumber mata air yang masih bertahan saat musim kemarau.
Sumber mata air di pegunungan ini disinyalir macet lantaran alih fungsi hutan.
Pasalnya, sebagian besar hutan di Kebumen telah beralih menjadi hutan produksi.
Alhasil, desa-desa yang berada di pegunungan kini kehilangan sumber mata air.
Di antara pemicunya diduga lantaran alih fungsi hutan lindung menjadi produksi.
"Mata air tadinya ada. Tetapi semakin lama mengecil, kemudian hilang,” kata Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kebumen, Eko Widianto, Jumat (7/9).
Alih tanaman hutan ke pinus diduga ikut memengaruhi menyusutnya sumber mata air.
Pasalnya, menurut dia, tanaman pinus tak bisa menyimpan air secara optimal layaknya tanaman kayu keras lainnya.
Untuk mengembalikan fungsi hutan sebagai resapan air, vegetasinya mesti berubah.
Warga dapat memulainya dengan menanam tanaman kayu keras yang mampu mengikat air di perkebunan mereka.
Kembalinya fungsi hutan sebagai resapan air diharapkan bisa mengurangi dampak kekeringan saat kemarau panjang.
Hingga minggu pertama September ini, BPBD telah mendistribusikan sebanyak 622 tangki bantuan air bersih ke desa-desa terdampak.
Tahun 2018 ini, BPBD Kebumen mempersiapkan anggaran sebesar Rp 350 juta untuk bantuan air bersih, atau setara dengan sekitar 2.500 tangki air bersih.
“Mudah-mudahan cukup untuk membantu masyarakat hingga datangnya musim penghujan,” katanya. (*)