Kekeringan di Lamongan Makin Meluas, Warga di 40 Desa Kesulitan Air Bersih
Dampak kekeringan dan krisis air bersih akibat kemarau panjang di Lamongan semakin meluas. Sebanyak 40 desa di 10 kecamatan saat mengalami krisis air
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, LAMONGAN - Dampak kekeringan dan krisis air bersih akibat kemarau panjang di Lamongan semakin meluas. Sebanyak 40 desa di 10 kecamatan saat mengalami krisis air bersih.
"Sudah tidak ada sumber air. Waduk dan embung di desa terdampak itu sudah kering," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lamongan, Suprapto, Senin (17/9/2018).
Jumlah desa yang mengalami kekeringan bertambah banyak, dua pekan sebelumnya hanya 31 desa.
Dan kini meluas menjadi 40 desa di Kecamatan Tikung, Sugio, Mantup, Kembangbahu, Sarirejo, Modo, Bluluk, Sukorame, Kedungpring dan Sukodadi.
Sementara terparah dialami warga di 5 Kecamatan, yakni Tikung, Sugio, Kedungpring, Modo dan Sarirejo
"Di lima kecamatan itu paling parah mengalami kekeringan," sambungnya.
BPBD selama musim kemarau ini hampir tak pernah henti siang malam memasok air bersih yang diberikan secara gratis.
Sebanyak 4 armada tangki rata-rata 1 armada menyuplai kebutuhan hingga 6 kali pengiriman.
"Kalau dihitung rata-rata 24 kali pengiriman ke desa yang membutuhkan," ungkapnya.
Untuk menampung air ke desa, BPBD juga menyerahkan bantuan ke tengah-tengah masyarakat, untuk tandon sementara.
Warga tinggal mengambil air di tandon terpal tanpa harus antri menunggu pengisian dari pipa tangki. Cara ini mempercepat gerak petugas BPBD memasok kebutuhan air ke tempat lainnya.
Jadi, truk tangki tidak perlu lama-lama mengisi langsung ke cerigen atau tempat yang dibawa warga."Gerak cepatlah," katanya.
Bantuan air bersih diberikan cuma-cuma alias gratis. Hanya mekanisme permintaan yang wajib dipenuhi.
"Dari kepala desa, kemudian melalui camat dan ditujukan ke bupati," ungkap Suprapto.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.