Sudah 17 Anak Sapi Mati Misterius, Leher Terluka, Perut Tercabik dan Jeroan Hilang
Polisi dan dinas terkait pun belum bisa memberi kepastian. Untuk mencari titik terang, aparat desa berencana menempuh jalur niskala.
Editor: Hendra Gunawan
![Sudah 17 Anak Sapi Mati Misterius, Leher Terluka, Perut Tercabik dan Jeroan Hilang](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/tim-polsek-kintamani-melihat-kondisi-godel-yang-m_20180919_110319.jpg)
TRIBUNNEWS.COM, BANGLI - Misteri kematian tiga anak sapi warga Desa Langgahan, Kintamani sejak sebulan terakhir, belum tersingkap.
Polisi dan dinas terkait pun belum bisa memberi kepastian. Untuk mencari titik terang, aparat desa berencana menempuh jalur niskala.
“Kami masyarakat awam tidak tahu apa penyebabnya. Mudah-mudahan dengan cara niskala bisa membantu agar tidak terulang lagi kejadian serupa,” ujar Perbekel Desa Langgahan, Komang Dangkayana, Selasa (18/9/2018).
Ia mengatakan, sejumlah pihak mulai dari kepolisian hingga Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Perikanan (PKP) Kabupaten Bangli telah turun ke lokasi untuk melakukan penyelidikan.
Sedangkan polisi menyarankan agar masyarakat tidak mengembangkan isu ke arah mistis terlebih menuduh orang secara serampangan tanpa ada bukti.
Peristiwa serupa juga terjadi di Desa Buahan Kaja, Kecamatan Payangan, Gianyar. Bahkan jumlah godel yang mati dengan isi perut yang hilang mencapai 14 ekor.
Kapolsek Kintamani, Kompol I Putu Gunawan menyimpulkan, matinya tiga godel milik warga akibat dari serangan hewan.
Hanya saja, ia belum berani memastikan, jenis hewan buas apa yang menyerang.
“Kami masih melakukan penyelidikan apa yang menjadi penyebabnya. Dari empat kasus di Desa Langgahan, tiganya mati dengan seluruhnya memiliki luka di bagian leher serta isi jeroannya hilang. Ada satu yang masih hidup karena saat kejadian induk godel ribut dan segera dilihat oleh pemiliknya,” papar dia.
Kompol Gunawan mengimbau masyarakat untuk lebih meningkatkan penjagaan terhadap ternaknya.
Bagi kandang yang cenderung jauh, ia menyarankan agar sapinya dipindahkan dekat dengan rumah.
“Kami juga telah menyarankan pada perbekel dan pemilik sapi untuk memberikan umpan. Umpamanya anak sapi ditaruh dekat kandang. Sedangkan pemilik dan warga setempat mengintip dari jarak tertentu, apakah ada gangguan,” saran dia.
Kasubag Humas Polres Bangli, AKP Sulhadi mengatakan untuk sementara pihaknya masih mengumpulkan fakta-fakta di lokasi lain untuk memastikan apa atau siapa di balik kasus yang meresahkan masyarakat, utamanya peternak sapi di wilayah Desa Langgahan ini.
Ia mengimbau pada masyarakat untuk lebih waspada menjaga ternaknya. Apabila ada hal-hal mencurigakan, segera menghubungi pihak kepolisian.
“Jangan sampai kejadian ini berkembang menjadi isu yang tidak masuk akal. Seperti kejadian berbau mistik. Yang lebih kami khawatirkan berkembang hingga menuduh seseorang berbuat demikian,” pesannya.
Sementara itu, Kepala Dinas PKP Kabupaten Bangli, I Wayan Sukartana menjelaskan, tidak ditemukan gejala penyakit penyebab kematian godel tersebut.
Selain itu, juga tidak ditemukan gejala maupun wabah yang berpotensi menyebabkan kematian.
Ia bingung. Sebab jika dikatakan serangan hewan, tidak ada jejak yang tersisa seperti bekas cabikan di kepala maupun di bagian tubuh lainnya.
Namun yang terjadi, serangan justru tergolong rapi. Ia pun ragu dengan kemungkinan tersebut.
Luka Gigitan di Leher
Luka bekas gigitan di bagian leher, menjadi alasan utama mengapa polisi menganggap kematian godel-godel tersebut akibat dari hewan buas.
Luka di leher bertujuan untuk membunuh mangsa sebelum akhirnya memakan bagian perut. Seluruh godel yang mati juga masih berbau ari-ari sehingga memancing binatang buas.
Kata dia, jika manusia yang berniat mencuri, tentunya tidak hanya isi perut, melainkan bagian paha. Bahkan yang mungkin terjadi seluruh bagian sapi yang diambil.
“Kami juga telah mencari data berupa foto-foto dari lokasi lain, memang ada luka tercabik dan bekas gigitan,” ungkap Kapolsek Kintamani, Kompol I Putu Gunawan.
“Perkiraan kami, ini ada pengaruhnya dengan erupsi Gunung Agung beberapa waktu lalu sehingga binatang-binatang turun mencari tempat aman dan tidak memungkinkan untuk kembali. Yang terjadi saat ini, ternak warga ada di tegalan yang sepi dan jauh dari pemukiman warga. Kalau dari jarak, ada sekitar 50 meter dari pemukiman,” ujarnya. (Muhammad Fredey Mercury)
Artikel ini telah tayang di tribun-bali.com dengan judul Misteri Kematian 17 Godel Tanpa Isi Perut Belum Terungkap, Aparat Desa Minta Petunjuk Secara Niskala,