Mengintip Perang Tarif Program Bayi Tabung di Bali, Paling Murah Rp 37 Juta, Termahal Rp 70 Juta
Bayi tabung atau bahasa ilmiahnya In Fitro Vertilization (IVF) ternyata semakin diminati oleh pasangan yang tidak bisa memiliki keturunan secara alami
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Bayi tabung atau bahasa ilmiahnya In Fitro Vertilization (IVF) ternyata semakin diminati oleh pasangan yang tidak bisa memiliki keturunan secara alami di Bali.
Rumah sakit (RS) yang menyediakan jasa bayi tabung pun terus bertambah, hingga memunculkan perang tarif.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Indonesian Association For In Vitro Fertilization's National Report, Bali adalah daerah nomor tiga dengan jumlah klinik bayi tabung terbanyak di seluruh Indonesia, setelah Surabaya dan Jakarta.
Di Jakarta, jumlah klinik yang menyediakan jasa bayi tabung sebanyak 9 klinik, Surabaya 5 klinik, dan Denpasar atau Bali sebanyak 4 klinik.
Ketua Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) Bali dr Putu Doster Mahayasa SpOG menjelaskan, salah satu yang perlu dan wajib disiapkan oleh pasien bayi tabung adalah ketersediaan uang yang mencukupi. Karena memang biayanya sangat tinggi.
"Bayi tabung ini membutuhkan uang yang cukup besar. Di Bali rata-rata diperlukan Rp 50 juta. Selain itu, calon pasien harus siap secara administrasi seperti surat nikah dan lain-lain, dan siap waktu. Jadi tidak boleh saat dijadwalkan akan dicek, minta izin ini itu tidak boleh," kata Dokter Mahayasa saat ditemui di RSUP Sanglah pekan lalu.
Empat RS di Bali yang menyediakan layanan bayi tabung yakni RSUP Sanglah, Bali Royal Hospital (Bros), Prima Medika, dan Puri Bunda.
Mereka masing-masing mempunyai skema pembiayaan tersendiri.
Di RSUP Sanglah misalnya, Mahayasa menyebut harga untuk program bayi tabung sebesar rata-rata Rp 50 juta.
"Itu dengan keadaan pasien normal. Bisa lebih murah kalau usia pasien antara 20-35 tahun," kata pria asal Buleleng itu.
Di Bros, Kepala Klinik Bayi Tabung RS Bros, dr Anom Suardika SpOG mengatakan, biaya untuk bayi tabung di RS Bros sebesar Rp 50 sampai Rp 70 juta untuk pasien dengan kondisi normal.
Ini menjadikan RS Bros memiliki tarif paling tinggi atau termahal untuk bayi tabung di Bali.
Baca: Korban Lari ke Tukang Bakso untuk Minta Tolong, Tapi Banyak yang Narik Kemudian Terus Dianiaya
Menurut Suardika, sebetulnya biaya bayi tabung di Indonesia sangat murah. Biaya bayi tabung terkesan mahal karena obat-obat yang digunakan semua dari impor.
"Karena semuanya impor, itu yang membuat mahal," kata pria yang kini juga menjadi Kepala Klinik Bayi Tabung di RSUP Sanglah itu.
Sedangkan di RS Prima Medika Denpasar, biaya untuk program bayi tabung sebesar Rp 43 juta sampai Rp 56 juta untuk pasien dengan usia normal.
Rumah sakit yang satu ini diklaim sebagai yang terlaris dalam program bayi tabungnya saat ini.
"Kalau sebelumnya di Bros memang paling banyak yang ditangani. Tapi untuk sekarang di sini (Prima Medika)," kata pendiri klinik bayi tabung di RS Prima Medika, dr Ilyas Angsar SpOG.
Sementara di RS Puri Bunda Denpasar memberikan harga khusus untuk bayi tabung.
Rumah sakit yang baru mendirikan klinik bayi tabung tahun 2017 ini memberikan harga promo untuk program bayi tabung mulai dari Rp 37 juta untuk pasien berusia normal 20 hingga 35 tahun.
"Jadi di Puri Bunda kami berusaha menekan harga, namun dengan tidak mengurangi kualitas pelayanan," kata Kepala Klinik Bayi Tabung di RS Puri Bunda, dr AAN Anantasika, SpOG.
Meski terjadi perang tarif, empat klinik bayi tabung di Bali ini bersaing secara positif untuk memberikan pelayanan bayi tabung ke masyarakat.
PGD Dua Kali Lipat
Kepala Klinik Bayi Tabung di RS Sanglah dan RS Bros, dr Anom Suardika menambahkan, jika penanganan pasien dengan metode Preimplantation Genetic Diagnosis (PGD), maka biaya yang harus dikeluarkan bisa dua kali lipat dari harga normal.
Itulah sebabnya, sering kita dengar bahwa ada pasangan yang sampai mengeluarkan uang sampai ratusan juta untuk bayi tabung.
PGD adalah semacam metode yang digunakan untuk menjamin bayi yang lahir hasil bayi tabung tidak ada mengalami kelainan, dan cacat.
Baca: Geng Motor Serang dan Rampas Sepeda Motor Korbannya Sambil Teriak PXD
Itu sebabnya, diperlukan upaya-upaya lebih banyak, dan pengecekan-pengecekan yang lebih banyak pula.
"Nah biasanya yang memilih dengan PGD ini usianya sudah di atas 40 tahun. Dan sebagian besar memang yang mengikuti program bayi tabung adalah yang usianya di atas 40 tahun," jelas Suardika.
Cikal Bakal Klinik
Anom Suardika menuturkan, tahun 1996 RSUP Sanglah pernah melakukan survei terhadap angka infertilitas atau angka kesulitan hamil di Bali.
Hasilnya, waktu itu angka infertilitas untuk pasangan di Bali sebanyak 4,96 persen dari total jumlah penduduk Bali kala itu.
Hal inilah yang menurutnya menjadi cikal bakal sejumlah dokter di RSUP Sanglah waktu itu berinisiatif membuat klinik bayi tabung di luar RS Sanglah agar ada alternatif buat masyarakat.
Akhirnya, pada Juli 2010, dokter Putra SpOG membuat klinik bayi tabung di RS Bros.
Dengan adanya klinik baru ini, antusias masyarakat baik dari Bali maupun luar Bali pun meningkat untuk mengikuti program bayi tabung itu.
Tak mau kalah, dr Ilyas Angsar pun mendirikan klinik bayi tabung di RS Prima Medika tahun 2012.
Menurut Ilyas, program bayi tabung ini biasanya diminati oleh pasangan-pasangan yang mempunyai uang lebih atau berasal dari keluarga-keluarga kaya.
Pasangan tersebut disebut-sebut malas jika disuruh mengantre berlama-lama di RS milik pemerintah, dan blusuk sana blusuk sini.
Baca: Kisah Bocah SD yang Dikucilkan di Sekolahnya karena Ketahuan Tertular HIV
"Apalagi disuruh ke Jakarta untuk bayi tabung. Pasti tidak mau. Nah akhirnya dibuatlah klinik-klinik di luar Sanglah untuk melayani mereka-mereka itu," tutur Ilyas.
Setelah Bros dan Prima Medika sukses membuka layanan bayi tabung di Denpasar, giliran dr Anantasika mendirikan klinik bayi tabung di RS Puri Bunda tahun 2017, atau setahun lalu.
Kabarnya, di Denpasar akan ada lagi klinik bayi tabung di RS Bali Med. Hanya saja, hal ini belum bisa dipastikan karena masih menjadi isu di kalangan dokter bayi tabung di Denpasar.
Untuk diketahui, teknologi bayi tabung ini sudah ada di Inggris sejak tahun 1978. Di Indonesia, teknologi ini baru ada dan digunakan sejak 1987.
Ilyas Angsar mengatakan, meski di Indonesia sudah ada bayi tabung sejak tahun 80-an, namun saat itu belum booming sehingga belum banyak orang yang mengetahui.
Bayi tabung baru booming di Indonesia, kata Ilyas, sejak penyanyi dangdut Inul Daratista, buka-bukaan soal anaknya hasil dari program bayi tabung.
"Menurut saya harusnya Inul diberikan penghargaan ini," kata Ilyas tersenyum.
Mahal Tapi Gagal
Meskipun biaya yang harus dikeluarkan para pasien bayi tabung tergolong mahal, namun hal itu tak juga menjamin apakah program tersebut berhasil.
Di seluruh dunia, rata-rata keberhasilan program bayi tabung sebesar 35 sampai 40 persen.
Baca: Gempa Magnitudo 4,4 Guncang Pulau Panjang NTB, Getarannya Terasa di Wilayah Sumbawa
Itulah sebabnya, mereka yang mau mengikuti program ini biasanya diberikan penjelasan dan hitam di atas putih terlebih dahulu dengan pihak klinik.
Dari empat rumah sakit di Bali yang menyediakan layanan bayi tabung, hanya RS Prima Medika yang mau secara gamblang membeberkan data keberhasilan program bayi tabung mereka.
Dari data yang diberikan, terlihat peminat program bayi tabung dari tahun ke tahun terus meningkat di RS tersebut.
Tahun 2012, peminat program bayi tabung di Prima Medika sebanyak 53 pasangan, dan berhasil cuma 25 persen atau 11 pasangan.
Sisanya, 9 pasangan yang membatalkan, dan sisanya gagal.
Tahun 2013, Prima Medika menerima 61 pasien, yang membatalkan 7 pasangan, yang berhasil 12 pasangan, dan sisanya gagal.
Sedangkan tahun 2014, Prima Medika menerima 91 pasangan, yang membatalkan 17 pasangan, berhasil 20 pasangan, dan sisanya gagal.
Tahun 2015, Prima Medika menerima 138 pasien. Dari jumlah tersebut, 15 pasangan membatalkan, 42 pasangan berhasil, dan sisanya gagal.
Sedangkan tahun 2016, Prima Medika menerima 166 pasien, 12 membatalkan, 61 berhasil, dan sisanya gagal.
Data terakhir tahun 2017, Prima Medika menerima 175 pasien, 15 yang membatalkan, 67 berhasil, dan sisanya gagal.
Pendiri klinik bayi tabung di RS Prima Medika, Ilyas Angsar menjelaskan, tugas klinik bayi tabung hanya sampai pada menyatukan sperma dan sel telur menjadi embrio atau bibit janin. Setelah dimasukkan ke rahim, hal itu sudah kuasa Tuhan.
"Makanya menurut saya program ini juga erat kaitannya dengan niskala. Harus banyak-banyak berdoa juga. Karena kalau sudah kita nempel di rahim, itu kekuasaan penuh dari Tuhan, makanya tidak semua berhasil," kata Ilyas saat ditemui Sabtu pekan lalu.
Sedangkan di Bros, Anom Suardika belum mau menyebutkan berapa data keberhasilan program bayi tabung di RS tersebut.
Namun secara umum, ia mengatakan untuk satu siklus saja, peminat bayi tabung di RS tersebut di atas 200 pasangan.
Uniknya, pasien bayi tabung di RS Bros lebih beragam, yakni bukan saja dari masyarakat Bali, melainkan luar Bali, bahkan dari luar negeri.
"Animo masyarakat di Bali cukup banyak. Kalau kami di Bros, pasien kebanyakan dari Bali, dan luar negeri. Kalau luar negerinya dari China dan Rusia," kata Anom Suardika.
Dikatakan, banyak pasien dari luar negeri menjalani program bayi tabung di Bros karena mereka bisa sambil berwisata di Pulau Dewata.
Sementara itu, di RS Sanglah, nasibnya kini miris. Hasil penelusuran informasi selama sepekan ini, para dokter-dokter yang dulunya intens menangani pasien bayi tabung di RS Sanglah, kini sudah membuka klinik di RS swasta.
RS Sanglah terkesan dianaktirikan, apalagi peminat bayi tabung di RS pemerintah cenderung minim. Peminat bayi tabung di RS Sanglah sekarang benar-benar anjlok.
"Malu kita sampaikan datanya," ujar sumber Tribun Bali di RS Sanglah yang meminta identitasnya tidak disebutkan.
Adapun RS Puri Bunda yang baru mendirikan klinik bayi tabung sejak Februari 2017 diketahui rata-rata memiliki pasien bayi tabung sebanyak 5 pasangan per bulan.
Namun, sebetulnya klinik yang diketuai oleh dr AAN Anantasika SpOG ini menargetkan bisa menangani pasien bayi tabung 10 pasangan per bulan.
"Sebenarnya 10 saja kita dapat sudah bagus per bulan. Kalau sekarang ya rata-rata 5 pasien kita tangani di Puri Bunda," ungkap dr Anantasika Kamis pekan lalu di ruang kerjanya.
Artikel ini telah tayang di Tribun-bali.com dengan judul Perang Tarif Bayi Tabung di Rumah Sakit Bali, dari yang Paling Mahal Hingga Beri Harga Promo