2 WNI Masih Disandera, Kelompok Abu Sayyaf Minta Tebusan Rp 14 Miliar
Dua Warga Negara Indonesia (WNI) masih tersandera oleh kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Muhammad Arfan
TRIBUNNEWS.COM, TANJUNG SELOR - Dua Warga Negara Indonesia (WNI) masih tersandera oleh kelompok Abu Sayyaf di Filipina Selatan.
Kedua WNI yang disandera tersebut masing-masing Samsul Saguni (40) dan Usman Yunus (35) kondisinya diketahui masih baik-baik di tangan penyandera.
"Informasi terakhir, keduanya baik-baik sebagaimana kita semua harapkan," kata Komandan Lantamal XIII/Tarakan Kolonel Laut (P) Judijanto M.Si, MA saat dikonfirmasi di gedung gabungan dinas Pemprov Kalimantan Utara, Kamis (27/9/2018).
Danlantamal XIII/Tarakan menjelaskan, salah satu WNI yang disandera itu telah menghubungi istrinya pada tanggal 14 September, mengabarkan bahwa penyandera meminta tebusan sebesar RM 4 juta atau setara dengan Rp 14 miliar.
TNI kata Kolonel Laut (P) Judijanto belum bisa mengambil tindakan mengingat ada aturan-aturan yang membatasi karena lokasi penyanderaan berada di negara tetangga.
Baca: Seorang Bobotoh Berusaha Melerai, Massa Malah Semakin Beringas Mengeroyok Haringga
Namun Lantamal XIII/Tarakan atas perintah Mabes TNI telah melakukan penambahan armada kapal di perbatasan, penambahan frekuensi, dan koordinasi ketat dengan Malaysia dan Filipina.
"Kita ada INDOMAFI kerangka kerja sama operasi maupun latihan antar tiga negara. Kita juga miliki MCC (Maritime Command Center). Ada di Tarakan, Sabah, dan Tawi-Tawi Filipina," sebutnya.
Sejauh ini masih dilakukan diplomasi oleh Indonesia dan Filipina menyikapi kasus penyanderaan, termasuk upaya pembebasan sandera.
"Kita menunggu sampai sejauh mana perlakuan mereka. Sama seperti 3 orang yang disandera tahun lalu, kita menunggu akhirnya mereka dibebaskan. Kita akan terus lakukan upaya-upaya diplomasi dulu," kata dia.
Mabes TNI sudah memberikan perintah bahwa akan dilakukan tindakan antisipatif dan represif.
"Tindakan antisipatifnya jangan sampai nelayan-nelayan kita masuk ke wilayah yang sedang rawan penculikan itu. Jangan keluar dari wilayah perbatasan kita," ujarnya.
"Tindakan lainnya, kita siap setiap saat seandainya kita diperintahkan sewaktu-waktu menuju Tawi-Tawi. Dan pemerintah Filipina pun masih melakukan langkah-langkah yang mereka bisa," ujarnya.
Sebelumnya, dua WNI diculik pada tanggal 11 September di perairan Samporna, Malaysia.
Baca: Harimau Sumatera yang Mati Terkena Jerat di Kuansing Ternyata Sedang Mengandung
Keduanya merupakan WNI asal Provinsi Sulawesi Barat yang bekerja di kapal berbendera Malaysia, kapal Dwi Jaya I.
"Pertama kali kabar itu, kita sudah tahu. Sampai dibawa ke suatu tempat kekuasaan Abu Sayyaf di Filipina Selatan pun kita sudah tahu. Perkembangan di sana setiap saat kita pantau. Tetapi sekali lagi tergantung kebijakan pimpinan dan tergantung kebijakan di Filipina. Setiap saat kita siap bergerak. Armada besar ada, sudah siap," ujarnya. (Wil)