Ayah Petra Dulu Tak Selamat akibat Parasut Tak Membuka, Tiga Mandagi Bersaudara Kecelakaan Pesawat
Petra ditemukan dalam kondisi tak bernyawa di Hotel Roa-roa, Maesa, Kelurahan Lolu Timur, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (1/10/2018).
Editor: Dewi Agustina
Ajal tak dapat ditolak, parasut Theo tidak membuka dengan sempurna.
Akibatnya tubuh ayah dua anak ini meluncur bebas dan kemudian menghujam rawa-rawa di dekat Bandara Ngurah Rai, Bali.
"Waktu itu saya memang mulai gelisah. Saya tidak melihat payung papa di antara penerjun," ujar Petra, putra Theo kala itu seperti dikutip dari Tribun Medan.
Ketika perasaan itu dikemukakannya, sang kakak, Pingkan, mencoba menenangkan dengan mengatakan dia tadi melihat payung papa mereka sudah mendarat.
"Saya kaget ketika melihat ternyata penerjun yang payungnya tidak mengembang itu Theo Mandagi," ujar Effendi Soen, sahabat Theo, yang waktu itu berada di lokasi.
Sementara itu, di sekitar tahun 80-an, tiga Mandagi bersaudara juga dikabarkan meninggal dalam musibah kecelakaan.
Ketiganya yakni Robi Mandagi, Alfred Mandagi, dan Kristian Mandagi.
Baca: Brigadir Ap Meninggal dalam Perjalanan ke RS Usai Menembakkan Senapan ke Kepalanya
Tiga orang bersaudara itu meninggal dalam insiden kecelakaan pesawat.
Pada 18 Mei 1986 tiga saudaranya sudah lebih dulu menghadap Sang Khalik akibat pesawat yang mereka tumpangi jatuh di Serpong, Tangerang.
Dalam peristiwa itu pilot dan seluruh penumpang tewas, termasuk tiga Mandagi bersaudara, Robbie, Alfred alias Woddy dan Chrisye.
Keluarga Mandagi dikenal sebagai keluarga atlet pencetak penerjun payung nasional yang mampu mengharumkan nama Indonesia di mata internasional.
Bahkan kedua anak Theo juga sudah mengantongi jam terjun yang cukup tinggi.
"Sepeninggal Theo, Woddy, Chrisye, dan Robbie tidak ada larangan bagi anak-anak untuk tetap menekuni terjun payung," ujar Uci, istri Theo.
"Siapa tidak sedih kehilangan empat dari anak saya. Tapi itu mungkin sudah takdir," ujar Nelly Margaretha, ibu Mandagi Bersaudara.
Saat ini, keluarga penerjun payung itu sudah dimakamkan di tanah kelahirannya di pekarangan rumah keluarga Mandagi di Kalasey, Minahasa, Sulawesi Utara.
Jasad ketiganya, dimakamkan berjajar dengan makam Theo Mandagi.