Bocah Ini Selamat dari Gempa, Ia Tetap Menyelesaikan Sholat Magrib Meski Masjid Tergoncang
Sihab memilih menyelesaikan shalatnya meski bangunan masjid disebut telah bergoncang akibat gempa.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, PALU- Wahyuni mengelus-elus kepala Sihab sambil memandangi kaki anaknya itu yang baru saja selesai dioperasi, di Rumah Sakit Wirabuana, Jalan Sisimangaraja, Kecamatan Palu Timur, Sulawesi Tengah.
Bocah berusia 13 tahun itu harus dioperasi akibat tertimpa reruntuhan bangunan karena gempa bermagnitudo 7,4 yang mengguncang Kota Palu, Jumat (28/9/2018).
Peristiwa itu terjadi saat Sihab sedang menunaikan shalat maghrib di di Masjid Angkatan Laut, kawasan Yos Sudarso, Kota Palu.
Sihab memilih menyelesaikan shalatnya meski bangunan masjid disebut telah bergoncang akibat gempa.
“Anak saya posisinya lagi shalat, dia pas gempa dia tertimpa pagar bangunan masjid saat itu,” ucap Wahyuni, di Rumah Sakit Wirabuana, Jalan Sisimangaraja, Kecamatan Palu Timur, Sulawesi Tengah, Jumat (5/10/2018).
Setelah gempa itu terjadi, ia sempat panik mencari-cari anaknya dari satu posko ke posko lainnya.
“Anak saya lagi shalat sedangkan saya lagi di luar cari makan ya, saya cari anak saya semalaman di posko tidak ada,” cerita Wahyuni.
“Saya minta tolong tim (petugas) untuk cari anak saya di rumah saya, saya takut anak saya terjepit kan, dan sesuatu terjadi pada anak saya. Sambil menangis,” kata Wahyuni.
Setelah dilakukan pencarian semalaman, pada Sabtu (29/9/2018) pukul 09.00 Wita, akhirnya ia menemukan anaknya sedang berbaring lemah di salah satu tempat pengungsian.
“Ternyata saya diinfokan anak saya masih hidup di pengungsian. Saya langsung ke sana anak saya belum diobati,” ujar Wahyuni.
Ia langsung membawa anaknya ke Rumah Sakit Wirabuana, untuk mengobati kaki anaknya. Kaki Sihab saat itu tidak bisa digerakkan.
“Saya khawatir, saya lihat anak saya kakinya tidak bisa gerak, nangis-nangis ke saya. Saya langsung bawa dia ke rumah sakit,” ujar dia.
Sampai di rumah sakit, Sihab saat itu ditangani sementara dengan alat seadanya di tenda darurat yang didirikan depan rumah sakit.
“Untuk sementara kaki anak saya dibungkus dengan kayu agar tidak bengkok, kemudian hari ini baru anak saya dioperasi karena kata dokternya tadi, kaki anak saya patah dan harus dioperasi, diletakkan pen di kakinya agar tidak pendek sebelah,” tutur Wahyuni. (Cynthia Lova)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Bocah 13 Tahun di Palu Selamat dari Gempa Saat Shalat Maghrib"