Giliran di Lampung, 41 Siswa SMP Sayat Tangan, 33 di Antaranya Adalah Murid Perempuan
Aksi yang dipicu tontonan di sosial media, terjadi di Sekolah Menengah Pertama Negeri SMPN 1 Gunung Sugih, Lampung Tengah.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM -- Kasus puluhan siswa sekolah menyayat tangan mereka kembali terjadi.
Setelah sebelumnya 56 siswa di Riau menyayat tangannya setelah mengonsumsi minuman berenergi, kini girliran 41 siswa SMP di Lampung Tengah melakukan hal yang sama.
Aksi yang dipicu tontonan di sosial media, terjadi di Sekolah Menengah Pertama Negeri SMPN 1 Gunung Sugih, Lampung Tengah.
Sebanyak 41 murid, terdiri dari 33 siswi dan 8 siswa, kedapatan melakukan sayat tangan.
Pihak sekolah belum bisa memastikan penyebab para siswa melakukan sayat tangan massal.
Sedangkan kepolisian mensinyalir puluhan murid SMPN 1 Gunung Sugih meniru perilaku siswi SMP di Pekanbaru, Riau, dan adegan-adegan yang jadi tren di YouTube.
Baca: Beredar Surat Ratna Sarumpaet Soal Permohonan Bantuan Sponsor ke Chile, Begini Faktanya
Adapun aksi penggoresan lengan 56 siswi SMP Pekanbaru dikarenakan terobsesi tontonan yang jadi viral di media sosial.
Sebelumnya, sayat tangan massal juga terjadi di SMP Surabaya, Jawa Timur, yang dipicu faktor psikologi.
Bupati Lampung Tengah, Loekman Djoyosoemarto, berharap tidak terjadi lagi kasus serupa di lingkungan sekolah.
"Dinas Pendidikan dan pihak sekolah harus mengawasi perbuatan siswa selama di sekolah. Jangan sampai tontonan mereka mengganggu konsentrasi belajar. Peristiwa seperti ini jangan terulang lagi," kata Loekman, Kamis.
Baca: Ratna Sarumpaet Ditangkap Saat Hendak ke Chile, Fahri Hamzah: Reputasi Internasional Berantakan
Terungkapnya perilaku negatif para siswa berawal dari kecurigaan seorang guru.
Saat sedang pelajaran olahraga di sekolah, Senin (1/10), guru tersebut melihat beberapa bekas luka garis di tangan sejumlah siswa.
Pihak sekolah kemudian melakukan pemeriksaan menyeluruh.
Hasilnya, sebanyak 33 siswi dan 8 siswa dari 20 kelas, kedapatan melakukan aksi sayat tangan.
Berdasarkan penelusuran awal pihak sekolah, sebagian besar siswa yang menyayat tangan mengaku mengonsumsi minuman kemasan yang dijual di kantin sekolah. Minuman tersebut dijual seharga Rp 1.000.
Namun, setelah berbagai pihak berkoordinasi, diketahui 41 siswa itu menyayat tangan sendiri karena terobsesi dari tayangan video di YouTube.
Baca: TERPOPULER - Persib Bandung Pindah ke Liga Thailand? Ini Syarat Klub-klub Bermain di Negara Lain
Tontonan itu kemudian dipraktikkan dan diperlihatkan serta diperkenalkan ke setiap teman-temannya.
Kepala SMPN I Gunung Sugih, Suharno, mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan apakah perbuatan puluhan siswa menyayat tangan karena halusinasi akibat mengonsumsi minuman ringan atau faktor lainnya.
"Disebutnya (siswa melukai tangan) karena mereka minum minuman energi yang dijual di kantin," kata Suharno, Kamis (4/10).
"Sudah kita tanya ke para siswa, ternyata tidak semua murid yang menggores tangannya minum itu (minuman kemasan)," imbuhnya.
Untuk memastikan apakah minuman berenergi tersebut mempengaruhi perilaku siswa, Suharno berkoordinasi dengan berbagai pihak, seperti para wali murid, kepolisian, hingga Dinas Kesehatan (Diskes).
"Minuman yang disebut pun sudah uji laboratorium di Balai POM Lampung. Hasilnya, yang sudah kami dapat bahwa negatif tidak ada kandungan zat berbahaya," jelasnya.
"Jadi, tidak ada kaitannya minuman itu dengan aksi gores tangan yang dilakukan anak-anak saya. Sama sekali tidak ada," kata Suharno.
Kapolsek Gunung Sugih, Inspektur Satu Polisi Yuswantoro, mengatakan, para siswa tersebut melakukan penggoresan lengan pakai silet.
Ia menduga aksi itu karena mencontoh perilaku serupa siswi SMP di Pekanbaru yang bikin heboh pada pekan lalu.
"Namanya anak-anak, kemungkinan mereka meniru adegan yang sama yang ada di Riau. Kita sudah berkoordinasi dengan pihak sekolah, orangtua siswa, dan puskesmas terkait perbuatan siswa-siswa tersebut," kata Yuswantoro, kemarin.
Kepolisian sudah meminta keterangan pihak sekolah dan puskesmas.
Yuswantoro mengatakan, aksi sayat tangan para siswa terjadi pada Senin (1/10) lalu.
Sebagian siswa melakukan sayat tangan di sekolah, dan sebagian lainnya di rumah masing-masing.
Sudah Sehat
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Diskes Lamteng, Damayanti, mengatakan telah memeriksa minuman berenergi yang dijual di kantin sekolah, seperti yang diisukan menjadi penyebab siswa berhalusinasi.
Hasilnya, Diskes memastikan perilaku sayat tangan bukan karena minuman.
"Tindakan medis dilakukan oleh puskesmas Gunung Sugih. Kemudian kita tindaklanjuti hari ini (kemarin), mendatangi sekolah kembali bersama unsur terkait seperti dinas pendidikan, polsek dan camat," kata Damayanti.
Menurut dia, ada 41 siswa yang menyayat lengannya sendiri menggunakan benda tajam.
Kondisi para siswa saat ini, sambung Damayanti, sudah dalam kondisi sehat karena luka sayat tidak ada yang dalam.
"Berdasarkan laporan dari sejumlah siswa, sayat tangan ini karena ikut-ikutan di jejaring sosial media, di mana ada anak seusia mereka yang melakukan penyayatan di Provinsi Riau," kata Damayanti.
Seorang wali murid, Agus, mengaku khawatir atas perilaku sayat tangan tersebut.
Ia mengaku terkejut begitu mendapat kabar adanya puluhan siswa SMPN 1 Gunung Sugih melakukan sayat tangan sendiri. Ia bersuyukur bahwa anaknya tidak ikut-ikutan dalam aksi tersebut.
Menurut dia, peristiwa itu bisa mempengaruhi mental para siswa yang sama sekali tak tahu- menahu.
Agus berharap pihak sekolah memperhatikan juga barang bawaan siswa.
"Diperhatikan juga jangan sampai ada alat komunikasi di ruang belajar. Kalau katanya karena tontonan (YouTube), kan berarti ada alat komunikasi saat mereka sekolah," kata Agus. (Syamsir Alam)
Artikel ini telah tayang di tribunlampung.co.id dengan judul 41 Siswa SMP di Lampung Tengah Sayat Tangan Pakai Silet, Polisi Ungkap Penyebabnya Bikin Miris,