Kisah Syaiful Mencari Ibunya di Antara Mayat-mayat Korban Tsunami, Hanya Dibantu Sinar Bulan
Syaiful bertutur, dalam kondisi temaram, tidak ada lampu yang menyala, Jumat (28/9/2018) malam itu, dia menyusuri Pantai Talise
Editor: Hendra Gunawan
Kegiatan ini adalah perayaan untuk memeriahkan hari jadi ke-40 Kota Palu.
Kegiatan ini dikemas menarik karena dijadikan agenda pariwisata.
Salah satu daya tariknya adalah pelaksanaan ritual tradisi masyarakat Kaili.
Kekayaan budaya inilah yang dikenalkan kepada masyarakat.
Namun kemeriahan ini tidak pernah terjadi, gempa dahsyat 7,4 M telah menghentikan semuanya.
Bahkan setelah itu datang gelombang tsunami yang besar, menghantam panggung utama dan sepanjang pesisir Palu dan Donggala.
"Ibu saya suka keramaian, waktu itu saya yakin beliau melihat acara di Talise," kata Syaiful.
Kerinduan yang besar dari mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Tadulako ini membawanya terus mencari-cari ibunya.
"Dalam keremangan malam, saya memperkirakan ada 200 lebih mayat berserakan di pantai," ungkap Syaiful.
Korban yang selamat atau orang yang baru datang di pantai untuk mencari kerabatnya kemudian menolong korban yang selamat.
Syaiful dan warga lainnya pun langsung membantu orang yang terluka. Mereka dibawa ke lokasi yang lebih aman.
"Tidak lagi pilih-pilih menolong orang, semua sama," ujar Syaiful.
Namun tidak sedikit orang yang ketakutan. Mereka yang ketakutan ini diarahkan menuju ke Pekuburan Islam.
Menurut dia, gelombang tsunami datang 2 kali. Gelombang yang pertama belum memberi efek yang besar.
Pada saat datang gelombang kedua inilah yang membuat semua runtuh dan musnah.