Siswa Sayat Tangan Ternyata Bukan Karena Minuman Torpedo, Ini Pengakuan Mereka
Dinas Kesehatan Lampung Tengah memastikan kandungan dalam minuman kemasan merek Torpedo tidak mengandung zat benzodiazepine.
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Reporter Tribun Lampung Noval Andriansyah
TRIBUNNEWS.COM, BANDAR LAMPUNG – Dinas Kesehatan Lampung Tengah memastikan kandungan dalam minuman kemasan merek Torpedo tidak mengandung zat benzodiazepine.
Kepastian tersebut didapat dari tes laboratorium yang dilakukan oleh BPOM.
“Itu kan kami dapat juga dari BPOM Pekanbaru bahwa tidak ada sama sekali (kandungan benzodiazepine) dalam minuman itu (Torpedo),” tegas Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Diskes Lamteng Damayanti melalui ponsel, Senin, (8/10/2018).
Kasus sayat tangan massal yang dilakukan 41 siswa SMPN 1 Gunung Sugih, Lampung Tengah, menyedot perhatian banyak pihak.
Baca: Jono Oge, Kampung yang Bergeser Sejauh 3 Km dan Tertukar Dengan Kebun Jagung
Apalagi, aksi siswa melukai diri sendiri di Lamteng tercatat sebagai kasus ketiga dalam sebulan terakhir di Indonesia.
Damayanti menceritakan kronologi penanganan yang dilakukan Diskes Lamteng terhadap 41 siswa tersebut.
Menurut Damayanti, setelah ke-41 siswa tersebut sembuh dan kembali bersekolah, pihak Diskes melakukan tinjauan ke sekolah.
“Kami tanyakan ke siswa-siswa yang melakukan (menyayat tangan). Apa benar karena minum itu (Torpedo). ’Nggak, Bu,’ jawab mereka. Terus kenapa? ’Ya cuma ikut-ikutan yang di Youtube itu saja.’ Begitu penjelasan mereka,” papar Damayanti.
Sementara itu, Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan Diskes Lamteng Lydia Dewi mengatakan, kemungkinan besar ada pesan berantai (broadcast message) melalui aplikasi WhatsApp (WA) yang kemudian dijadikan acuan dengan mencantumkan Diskes Lamteng.
“Kemungkinan begitu. Jadi ada broadcast message di WA pas kejadian itu. Tetapi tidak jelas juga sumbernya dari mana. Yang jelas, kami tidak pernah membuat pesan itu,” tegas Lydia.
Kasus siswa sayat tangan sebelumnya terjadi di Surabaya pada awal September, dan di Pekanbaru, Riau, pada pertengahan September.
Puluhan siswa SMP Surabaya, menggoreskan tangan pakai silet karena faktor psikologi.
Sedangkan 56 siswi SMP Pekanbaru sayat tangan massal dikarenakan terobsesi tontonan yang jadi viral di media sosial Instragram, YouTube, dan platform pesan instan WhatsApp.