Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Siswa Sayat Tangan Ternyata Bukan Karena Minuman Torpedo, Ini Pengakuan Mereka

Dinas Kesehatan Lampung Tengah memastikan kandungan dalam minuman kemasan merek Torpedo tidak mengandung zat benzodiazepine.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Siswa Sayat Tangan Ternyata Bukan Karena Minuman Torpedo, Ini Pengakuan Mereka
Istimewa
Ilustrasi 55 siswa SMP di Pekanbaru sayat tangan ternyata perempuan. 

Laporan Reporter Tribun Lampung Noval Andriansyah

TRIBUNNEWS.COM, BANDAR LAMPUNG – Dinas Kesehatan Lampung Tengah memastikan kandungan dalam minuman kemasan merek Torpedo tidak mengandung zat benzodiazepine.

Kepastian tersebut didapat dari tes laboratorium yang dilakukan oleh BPOM.

“Itu kan kami dapat juga dari BPOM Pekanbaru bahwa tidak ada sama sekali (kandungan benzodiazepine) dalam minuman itu (Torpedo),” tegas Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Diskes Lamteng Damayanti melalui ponsel, Senin, (8/10/2018).

Kasus sayat tangan massal yang dilakukan 41 siswa SMPN 1 Gunung Sugih, Lampung Tengah, menyedot perhatian banyak pihak.

Baca: Jono Oge, Kampung yang Bergeser Sejauh 3 Km dan Tertukar Dengan Kebun Jagung

Apalagi, aksi siswa melukai diri sendiri di Lamteng tercatat sebagai kasus ketiga dalam sebulan terakhir di Indonesia.

Damayanti menceritakan kronologi penanganan yang dilakukan Diskes Lamteng terhadap 41 siswa tersebut.

Berita Rekomendasi

Menurut Damayanti, setelah ke-41 siswa tersebut sembuh dan kembali bersekolah, pihak Diskes melakukan tinjauan ke sekolah.

“Kami tanyakan ke siswa-siswa yang melakukan (menyayat tangan). Apa benar karena minum itu (Torpedo). ’Nggak, Bu,’ jawab mereka. Terus kenapa? ’Ya cuma ikut-ikutan yang di Youtube itu saja.’ Begitu penjelasan mereka,” papar Damayanti.

Sementara itu, Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan Diskes Lamteng Lydia Dewi mengatakan, kemungkinan besar ada pesan berantai (broadcast message) melalui aplikasi WhatsApp (WA) yang kemudian dijadikan acuan dengan mencantumkan Diskes Lamteng.

“Kemungkinan begitu. Jadi ada broadcast message di WA pas kejadian itu. Tetapi tidak jelas juga sumbernya dari mana. Yang jelas, kami tidak pernah membuat pesan itu,” tegas Lydia.

Kasus siswa sayat tangan sebelumnya terjadi di Surabaya pada awal September, dan di Pekanbaru, Riau, pada pertengahan September.


Puluhan siswa SMP Surabaya, menggoreskan tangan pakai silet karena faktor psikologi.

Sedangkan 56 siswi SMP Pekanbaru sayat tangan massal dikarenakan terobsesi tontonan yang jadi viral di media sosial Instragram, YouTube, dan platform pesan instan WhatsApp.

Penyebab 33 siswi dan 8 siswa SMPN 1 Gunung Sugih melakukan sayat tangan, masih simpang siur sampai saat ini.

Kepolisian menduga karena meniru aksi sayat tangan 55 siswi SMP Pekanbaru, Riau, yang dilatari tontonan video yang beredar di media sosial.

Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Lampung Tengah memastikan akan mengawal kasus sayat tangan massal di lingkungan sekolah ini.

LPA menurunkan empat psikolog untuk penanganan psikologi para siswa.

Ketua LPA Lamteng, Eko Yuono, mengaku sampai saat ini masih belum tahu alasan utama siswa SMP melakukan sayat tangan massal menggunakan benda tajam.

Para siswa tak mau bicara saat ditanya alasannya.

"Sudah kami tanyai para siswa itu, apa alasan mereka (sayat tangan). Tapi semuanya masih bungkam," kata Eko Yuono, Jumat (5/10).

"Kita akan mendatangkan empat orang psikolog, untuk beri penanganan psikologi mereka. Karena ini anak-anak, tidak bisa mereka dipaksa, jadi harus dari hati ke hati," imbuhnya.

Tak hanya itu, LPA juga dengan semua lembaga terkait akan memberikan assessment kepada siswa, termasuk mencari tahu langsung kepada para orangtua wali murid.

Hasil assessment diupayakan rampung dalam satu pekan mendatang.

"Assessment keseluruhan, baik orangtua, siswa, sekolah. Sejauh ini tidak ada masalah dari para siswa, tidak ada sikap yang berubah dari mereka. Semuanya berjalan seperti biasa. Dalam satu pekan ini kita usahakan dapat alasan sebenarnya dari para siswa alasan mereka menyayat tangan," ujar Eko.

Menurut dia, ada dua indikasi alasan para siswa melakukan sayat tangan. Pertama, dugaan meminum minuman ringan yang dijual di kantin sekolah.

Dugaan kedua adalah meniru aksi serupa yang dilakukan siswa SMP Pekanbaru.

Kepala SMPN 1 Gunung Sugih, Suharno, mengatakan, para siswa yang melakukan sayat tangan saat ini dalam kondisi sehat. Mereka juga sudah kembali beraktivitas normal.

"Semua siswa sudah kembali bersekolah seperti biasa. Tidak ada masalah apa-apa dengan anak-anak kami, semua belajar dengan normal sejak tiga hari ini," ujar Suharno.

Kepala Puskesmas Gunung Sugih, Yulianti Nilawati, menjelaskan, luka sayatan di tangan para siswa tidak dalam, cuma seperti luka cakar. Kondisi lukanya pun sudah mengering.

Diskes Lampung Tengah menyebutkan bahwa minuman energi yang diduga memengaruhi siswa melakukan sayat tangan massal, telah dilakukan uji kandungan di Balai Besar Produk, Obat, dan Makanan (BBPOM) Lampung.

Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan, Lydia Dewi, dan Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Damayanti, mengungkapkan bahwa hasil uji laboratorium BBPOM Lampung menunjukkan minuman tersebut tidak boleh dikonsumsi oleh anak-anak.

"Minuman itu sebenarnya untuk laki-laki dewasa, dan pekerja kasar untuk stamina energi, bukan untuk diminum oleh anak-anak, wanita, dan ibu hamil," ujar Lydia Dewi, Jumat kemarin.

Rapat Dengar Pendapat

Terpisah, Dewan Perwakilan Daerah (DPRD) Lampung Tengah prihatin atas peristiwa sayat tangan puluhan siswa SMPN I Gunung Sugih.

Ketua DPRD Lamteng, Achmad Junaidi Sunardi, berharap perilaku tersebut tidak terulang di kabupaten tersebut.

"Pertama-tama kami kami selaku wakil rakyat merasa prihatin atas peristiwa. Jangan sampai ada lagi kasus serupa di Lamteng," kata Achmad, kemarin.

Junaidi mengatakan akan berkoordinasi dengan Komisi IV supaya melakukan dengar pendapat (RDP) dengan memanggil kepala sekolah dan Dinas Pendidikan (Disdik).

RDP ini diperlukan supaya diketahui secara terang benderang persoalan sayat tangan massal murid SMP ini.

"Pihak sekolah dan dinas terkait harus melakukan penyelidikan untuk mengetahui apa penyebabnya," ujarnya.

BPOM Tunggu Permintaan

Terpisah, Kepala BPOM Bandar Lampung, Syamsulyani, menegaskan bahwa BPOM RI sudah mengeluarkan pemberitahuan resmi bahwa minuman kemasan tidak mengandung zat Benzo.

Pemberitahuan itu dirilis terkait kasus sayat tangan siswi Pekanbaru.

"Kalau berdasarkan rilis BPOM RI tidak mengandung Benzo. Dan, yang bisa menguji kandungan minuman itu adalah BPOM dan BNN," Syamsulyani, saat dihubungi Jumat malam.

Syamsulyani pun menampik telah melakukan uji laboratorium minuman kemasan terkait kasus sayat tangan massal di Lamteng.

Menurut dia, tidak ada permintaan dari Lamteng untuk uji laboratorium mimuman tersebut.

"Kami saat ini menunggu saja, karena itu kan sudah ditangani pihak kepolisian," ujarnya.(*)

Artikel ini telah tayang di tribunlampung.co.id dengan judul Bukan karena Torpedo, Begini Pengakuan Siswa-siswa SMP di Lampung Tengah yang Sayat Tangannya,

Sumber: Tribun Lampung
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas