Belasan Buruh Gendong Pasar Beringharjo dan Tukang Becak Wisuda Iqro
Usianya memang tak lagi muda, tetapi semangat belajarnya bisa jadi mengalahkan mereka yang masih muda.
Editor: Sugiyarto
Laporan Reporter Tribun Jogja, Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA- Kursi-kursi plasti tertata rapi di Pendopo Timur Pasar Beringharjo.
Barisan terdepan diisi oleh 17 buruh gendong dan 5 tukang becak. Mengenakan pakaian jawa dan riasan sederhana, mereka menanti dengan sumringah.
Satu per satu dari mereka akan dikalungi samir dan diberi hadiah. Seperti wisuda, hanya mereka tidak mengenakan toga.
Mbah Suprihatin adalah satu diantara peserta Wisuda Iqro.
Usianya memang tak lagi muda, tetapi semangat belajarnya bisa jadi mengalahkan mereka yang masih muda.
Ia bahkan tak minder untuk belajar Iqro di usia senja.
"Ya pengen saja, awalanya diajak teman, saya juga tidak bisa. Akhirnya ya tertarik ikut. Tidak minder, karena pengen bisa."
"Kalau malu-malu ya nanti nggak bisa-bisa, nggak bisa belajar," kata nenek berusia 55 tahun itu pada Tribunjogja.com, Selasa (16/10/2018).
"Wah seneng banget ini akhirnya wisuda. Udah belajar dari lama," sambungnya sumringah.
Perasaan bahagia juga diungkapkan oleh Mbah Rubiyem (68).
Ia pun senang akhirnya bisa wisuda. Setelah wisuda ia bertekad untuk mengajari teman seprofesinya.
"Awalnya ya diajak teman juga. Tetapi ya memang seneng, dulu bisa Iqro saat masih muda, sekarang sudah tua ya lupa. Ini wisuda, sudah lulus. Nanti ya ngajarin yang lain," katanya.
Setiap Jumat ia memang meluangkan waktu untuk belajar Iqro. Ia bekerja pagi hari, kemudian pukul 13.00 mulai belajar.
Setelah belajar, ia melanjutkan pekerjaannya kembali.
"Memang seneng belajar ngaji. Jadi ya tidak apa-apa. Kalau kerja ya berhenti dulu. Uang memang tidak seberapa, tetapi dengan belajar mengaji saya senang," lanjutnya.
Ketua KSPPS BMT Beringharjo, Mursida Rambe mengatakan wisuda tersebut merupakan inisiatif dari buruh gendong dan tukang becak.
Ia pun mengapresiasi seluruh peserta wisuda karena jerih payahnya dalam belajar.
"Wisuda ini sebenarnya malah dari mereka lho. Setelah hampir 1,5 tahun ada ngaji, baru pertama ini ada wisuda. Harapannya dengan wisuda ini peserta bahagia."
"Saya sangat mengapresiasi, rejeki sangat minim tetapi mereka mau lho meluangkan waktu untuk belajar," katanya.
Ia pun cukup terkejut karena semangat buruh gendong dan tukang becak untuk belajar sangat tinggi.
Jangan bayangkan peserta hanya wisuda, sebelumnya mereka juga melewati tes terlebih dahulu.
"Sebenarnya ada 60an yang setiap JUmat itu ikut ngaji. Tetapi untuk saat ini 22 dulu yang wisuda. Biar nggak cuma cucu-cucunya saja yang wisuda, tetapi juga neneknya. Ada ujiannya juga lho," ungkapnya.
Untuk semakin memotivasi peserta dalam beribadah dan bekerja, pihak BMT Beringharjo memberikan jarik sebagai hadiaj untuk buruh gendong, dan lima sarung untuk tukang becak.
Mursida berharap nantinya peserta widua bisa menularkan ilmunya pada buruh gendong dan tukang becak lain. (*)