Cerita Warga soal Ritual Panomi yang Kembali Dihidupkan dan Bencana Gempa di Palu
Satu cerita soal peristiwa nahas itu bahkan dikait-kaitkan dengan perayaan Festival Pesona Palu Namoni (FPPN)
Penulis: Yanuar Nurcholis Majid
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
Kemudian yang kedua, di Pantai Talise pada gelaran Palu Namoni tahun 2017, sempat ada kejadian seekor buaya memangsa nelayan di sekitar jembatan Ponulele atau lebih dikenal dengan Jembatan Kuning.
"Tidak ada dalam sejarah buaya makan manusia disekitar jembatan itu, apalagi pas acara berlangsung," ujar Andri.
Senada dengan Andri , Femmy pun juga mengutarakan hal yang serupa.
Terkait acara Palu Namoni, Femmy mengungkapkan sebagian masyarakat di Kota Palu mempercayai gempa dan tsunami kemarin ada kaitannya dengan perhelatan Palu Namoni.
"Banyak orang yang menyangka ini ada kaitnya dengan festival. Saya sendiri meski yakin ini bagian dari musibah tapi sedikit percaya juga," jelas Femmy.
Dilansir dari festival-indonesia.id, FPPN akan menampilkan aneka suguhan seni dan budaya.
Berbagai kegiatan olahraga juga digelar untuk turut menyemarakkan festival tahunan ini.
Antara lain lomba marathon internasional, kompetisi renang menyeberangi Teluk Palu dan lomba balap perahu tradisional sandeq.
Selain itu, dalam festival tersebut digelar sejumlah ritual adat Balia dari suku Kaili.
Satu di antaranya ritual Pompoura (Tala Bala’a), yaitu ritual menginjak-injak bara api oleh masyarakat Kaili yang dipercaya bisa mengusir penyakit.
Suku Kaili adalah satu suku yang mendiami sebagian besar wilayah Provinsi Sulawesi Tengah.
Baca: Pascagempa dan Tsunami, Warga Sigi Mulai Buat Surat Keterangan Kematian untuk Keluarganya
Nama Nomoni yang melekat pada acara ini juga diambil dari bahasa suku Kaili, yang berarti bergema.
FPPN Tahun 2018, ditargetkan mampu menyedot 800 ribu wisatawan dengan 500 ribu di antaranya merupakan wisatawan mancanegara.