Kisah Perjuangan Eman Sulaeman Jadi Kiper Terbaik Dunia dengan Satu Kaki
Semangatnya terus membara. Geraknya lincah, larinya kencang tendangannya pun dahsyat. Dia tangkap serangan bola dari lawan dengan sangat piawai.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM - Semangatnya terus membara. Geraknya lincah, larinya kencang tendangannya pun dahsyat. Dia tangkap serangan bola dari lawan dengan sangat piawai.
Tak sekali pun dia membiarkan bola lolos menjebol gawangnya. Dia mengerahkan semua upayanya meski hanya dengan satu kaki.
Itulah aktivitas Eman Sulaeman saat ditemui tim Kompas.com di GOR Indorencana Desa Banjaran, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, pada suatu pagi di September 2018.
Dia mencoba mencontohkan bagaimana saat bermain melawan sejumlah negara dalam ajang Homeless World Cup 2016 di Glasgow, Skotlandia 2016 silam.
Mendapat gelar “Kiper Terbaik" dalam Kejuaraan Piala Dunia Tunawisma 2016 bukan lantas membuatnya berbesar hati.
Eman menyibukkan dirinya dengan melatih sekitar tiga hingga empat puluh siswa sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) bermain futsal.
Di hadapan mereka, Eman tidak segan mengerahkan seluruh kemampuan bermainnya agar dapat memberikan contoh yang baik untuk anak didiknya, dua kali dalam seminggu dan gratis.
“Stopball! Nah kitu, kumaha tadi, berarti teu konsen. Stopball, terus geser, atur bola, oper! (Hentikan bola! Nah begitu, kenapa tadi seperti ini, berarti kamu tidak konsentrasi. Hentikan bola, terus bergeser, atur bola, oper)” seru Eman mengajari anak didik di tengah lapang.
Tak hanya mengajarkan teknik bermain yang baik, Eman juga selalu memberikan motivasi yang kuat kepada seluruh muridnya.
Dia dikenal, bukan hanya sebagai guru, tapi juga kakak yang baik.
Fahmi, siswa kelas SMPN 1 Maja, menyukai cara belajar sepak bola bersama Eman. Siswa yang ikut berlatih sejak kelas 6 SD hingga kelas 1 SMP ini mengaku senang berlatih dengannya.
“Latihannya bagus, saya diajarkan semua teknik: passing, stopball, shooting, dribbling (menggiring bola), moving (geser tempat atau zigzag), dan lainnya."
"Permainannya pun sportif. Saya memanggilnya Bapak Eman. Dia baik sekali,” kata siswa yang menjadi bermain sebagai penyerang ini.
Rayhan dan Hamdi yang juga duduk di kelas 1 SMPN 1 Maja juga merasakan hal sama. Keduanya terus diberi semangat ketika salah melakukan sebuah teknik.