Rekor MURI Meriam Bambu Terbanyak Terjadi di Desa Ini Saat Hari Sumpah Pemuda
Rekor MURI di Kabupaten Sambas ini dikaitkan dengan kegiatan Kirab Pemuda merupakan rekor MURI yang kedua.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
“Saya mlihat ini adalah permulaan dari teman-teman pemuda yang ada di Sambas . Menyebar virus-virus kemajuan. Saya pikir teman – teman panitia menginisiasi adanya rekor MURI di bahan bambu itu menjadi kesan bagi kita semua bahwa bambu ini simbol persatuan bangsa dan tidak akan tumbuh dengan sendiri,” kata Andi Fajar Asti.
“Ini adalah tumbuhan yang harus tumbuh serumpun saling menguatkan dan ini kesannya bagaimana pemuda hari ini menjaga persatuan dan bambu adalah simbol kesejahteraan. Karena setiap bagian dari bamboo itu bermanfaat. Artinya apa pesannya bahwa jadilah kita warga negara Indonesia yang bisa memberi manfaat bagi warga yang lainnya. Menjaga persatuan mendorong kemajuan,”.
Sekretaris Desa Sijang, Muzakir, mengaku bahagia adanya kegiatan yang terbesar di desanya itu.
“Senang dengan adanya kegiatan yang besar seperti ini di desa kami. Dan tentunya kaminsangat menyambut hangat salah satu kegiatan dari pemerintah program-program dari pemerintah dan kami semampunya mendukung,” kata Muzakir.
“Masalah pengembangan potensi desa, karena kita termasuk daerah perbatasan RI-Malaysia, dan daerah terpencil juga awalnya jadi banyak sekali permainan permainan tradisional yang memamng sudah lama tenggelam. Dan hampir punah. Salah satunya meriam ini,” katanya.
Muzakir mengingat waktu masih kecil-kecil dulu ketika menyambut bulan suci Ramadan seluruh warga di desanya membuat meriam ini.
“Kita sendiri yang menebang bambunya di hutan kita sendiri yang membuatnya dan kita sendiri yang memainkannya . Sampai sebulan penuh. Jadi melihat perkembangan zaman seperti ini , anak-anak kecil seumuran SD sudah hilang kebudayaan seperti ini. karena mereka di sibukkan dengan permainan-permaianan modern seperti gadget. Bahkan sudah pandai bermain medsos. Dengan adanya kegiatan seperti ini kita ingin pertama mengingatkan kembali lah seperti inilah kebudayaan kita dulu. Saya kira agenda apa ini yang perlu dibesarkan , agenda apa yang kira-kira bisa kita bangkitkan,” kata Muzakir.
Ketua panitia lokal kegiatan, Yuspiandi, menjelaskan kegiatan pertama di sana adalah baksos. Dua minggu yang lalu.
“Kemudian rekor MURI apakah pemuda kabupaten sambas khususnya di daerah perbatan ini bisa memecahkan rekor MURI. Kami berkolaborasi dengan pemuda di Sambas dan pemuda khususnya Kecamatan Galling. Jadi kawan kawan menyanggupi untuk rekor MURI ini dengan meriam bambu,” kata Yuspiandi.
“Pertama sekitar 2000 meriam bambu, lalu inisiatif panitia dan kawan kawan untuk menjadikan 2018 meriam. Karena tahun 2018 ini khususnya dalam memepringati sumpah pemuda ni kami pemuda-pemuda Kecamatan Galing bisa berbuat sebagaiman yang telah dicantumkan rekor MURI,” ujarnya.
Yuspiandi menjelaskan, meriam bambu menggunakan minyak tanah dan bensin, sebagai penyalaannya.
“Karena zaman dahulu banyak binatang-binatang buas, jadi nenek moyang kami mebggunakan meriam bambu, untuk mengusir bnatang buas. Itu turun temurun ke anak-anaknya. Dan juga meriam bambu digunakan pada momentum bulan Ramadan. Karena pada bulan ini kita membangunkan masyarakat ketika bersaur,” ujar Yuspiandi.
“Kami di sini membuat momentum bahwa pemuda pemudi khususnya dalam rangka sumpah pemuda bisa berbuat sebagaiman tercantum pada rekor muri apakah pemuda bisa memecahkan rekor muri dalam rangka sumpah pemuda. 2 hari mulai bekerja keras mempersiapkan kegiatan. Dari jam 6 kemarin samapai saat ini. Itulah momentum perjuangan," katanya.
Para peserta meriam bambu ini dari SMA, SMP, dan SD hingga anak TK
. “Di situ kami menyertakan anak-anak maupun dewasa , dan kami melibatkan masyarakat yang ada di kec galling, untuk mengajak memainkan meriam sebagai bentuk kebersamaan kami. Kemudian bertujuan agar bersatu , membaur. Jumlah peserta kami perkirakan sebanyak 2500 yang telah kami sebarkan suratny ake lima kecamatan,” kata Yuspiandi.