Harga Bensin di Pedalaman Kaltara Rp 30 Ribu, Pengaruhi Harga Bahan Pokok Lainnya
Setidaknya, pemerintah telah mengucurkan anggaran Rp 12 miliar untuk pembangunan jalan melalui APBN 2018.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, MALINAU - Anggaran pembangunan, pemeliharaan, perawatan dan perbaikan jalan di daerah perbatasan dan pedalaman, khususnya wilayah Apo Kayan (Kecamatan Kayan Selatan, Hilir, Hulu dan Sungai Boh) selalu dialokasikan setiap tahunnya.
Namun, anggaran tersebut ternyata belum cukup menyentuh pembangunan di salah satu desa paling terisolir, yakni Desa Long Sule, Kecamatan Kayan Hilir, Malinau, Kalimantan Utara.
Setidaknya, pemerintah telah mengucurkan anggaran Rp 12 miliar untuk pembangunan jalan melalui APBN 2018. Namun, lagi-lagi jalan menuju Long Sule masih juga belum tersentuh.
Bahkan, sampai hari ini harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium atau bensin di desa tersebut mencapai Rp 30 ribu/liter.
Mahalnya harga bensin diprediksi diikutnya naiknya harga kebutuhan pokok di desa berpenduduk kurang lebih 600 jiwa ini.
Kaur Keuangan Desa Long Sule, Agus Purwanto mengungkapkan, beberapa kebutuhan pokok saat ini telah mengalami kelangkaan dan kenaikan harga yang fantastis
"Kalau sekarang, yang langka adalah gula. Harga gula saat ini Rp 35 perkilo. Itupun kalau ada. Padahal, kalau pemerintahan menetapkan harga gula perkilo paling mahal Rp 17 ribu. Begitu pula dengan Premium di Long Sule harganya cukup mahal, Rp 30 ribu perliter. Kondisi ini sudah kita alami sejak lama. Sudah berbulan-bulan lalu lah," paparnya kepada Tribun Kaltim.
Persoalan naiknya harga kebutuhan pokok di desa tersebut disampaikan Agus, karena terbatasnya penerbangan ke desa yang dikelilingi hutan belantara, sungai berjeram ganas dan bukit curam itu.
Ditambah, akses jalan darat dari Kutai Timur (Kutim) yang saat ini banyak yang rusak karena terus menerus melalui medan yang berat.
"Untuk sampai ke desa kami ini, ada satu rute jalur darat yang dapat ditembus. Bukan jalur dari wilayah Malinau, melainkan jalur dari Kutim. Jalur darat untuk sampai ke desa kami itu, harus melalui jalan setapak tengah hutan berbukit, dan kendaraan juga harus melalui sungai yang cukup deras," tandasnya.
Dari 10 kendaraan milik pedagang pemasok sembako ke Long Sule, dibeberkan Agus, saat ini hanya 3 kendaraan yang melayani pedagang. Tujuh kendaraan lainnya rusak parah. Akibatnya, pasokan sembako ke Long Sule sangat terbatas, sehingga harga kebutuhan pokok meningkat tajam.
"Kita hanya bergantung dari jalur itu saja. Tidak ada jalur lain lagi yang bisa kita harapkan. Melalui jalur sungai sudah pasti tidak mungkin, karena jeram sungai di sini ganas-ganas dan memang tidak bisa dilalui menggunakan perahu. Mau berharap angkut barang pakai pesawat tidak mungkin, karena terbatasnya penerbangan ke sini," tutur Agus.
Warga Long Sule mengharapkan kepada pemerintah segera menyelesaikan persoalan yang selama ini dihadapi.
"Kami mengharap, jalan tembus dapat menghubungkan kami dengan desa-desa lainnya di Apo Kayan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.