Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ini Pemicu Kejadian Senior Pukuli Junior di Asrama SMP Plus Melati

Aksi kekerasan itu tidak terjadi digedung sekolah, namun di gedung asrama putra, dan kejadiannya di luar jam pelajaran, saat jam istirahat

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Ini Pemicu Kejadian Senior Pukuli Junior di Asrama SMP Plus Melati
net
Ilustrasi penganiayaan 

Laporan wartawan tribunkaltim.co, Christoper D

TRIBUNNEWS.COM, SAMARINDA - Kepala SMP Plus Melati Samarinda, Saparun angkat bicara mengenai aksi kekerasan yang melibatkan anak didiknya itu.

Dihubungi melalui telepon, Saparun menjelaskan penyebab dari pemukulan yang dilakukan oleh siswa kelas IX kepada siswa kelas VIII lantaran saling ejek, karena rambut kakak tingkatnya dipangkas gundul oleh guru.

"Olok-olokan, begayaan anak anak itu. Kita sudah panggil kakak tingkatnya, katanya mereka diolok karena gundul, yang mucil (nakal) kami gundul," ucapnya, Kamis (29/11/2018).

Kendati demikian, dirinya belum dapat memastikan penyebab utama dari aksi kekerasan itu, karena hingga saat ini pihaknya masih mendalami lagi kejadian itu.

Aksi kekerasan itu tidak terjadi digedung sekolah, namun di gedung asrama putra, dan kejadiannya di luar jam pelajaran, saat jam istirahat.

"Kita masih sinkronkan dengan pihak asrama, walaupun satu yayasan, tapi antara sekolah dan asrama, beda manajemen. Kita sudah panggil beberapa anak, dan masih kita dalami lagi, sebelum nanti kita keluarkan keputusan," tegasnya.

Baca: Warga Temukan Jasad Mengapung di Sungai Karang Mumus, Diduga Korban Penganiayaan

BERITA TERKAIT

Saparun menilai, pihaknya telah sangat ketat mengawasi para siswa, namun siswa tetap punya akal untuk mencari celah terhindar dari pengawasan. Namun, dirinya menyangkal di asrama tidak ada petugas yang mengawasi.

"Kita ketat juga mengawasi kalau di sekolah, tapi mereka dapat titik lemah, ya di asramalah. Padahal disana juga ada yang jaga, kami juga sayangkan kenapa bisa lolos pengawasan," ungkapnya.

"Dari pengalaman sebelumnya, ada anak yang kepalanya bocor, tangannya patah, ya kita berhentikan, suruh pindah. Tapi, untuk ini kami masih dalami lagi, tidak bisa buru-buru, apalagi pekan depan mulai ujian," jelasnya.

Kendati menyesalkan tindakan orangtua murid yang melaporkan kejadian itu ke kepolisian, namun dirinya tidak mempermasalahkan hal itu, karena itu memang hak orangtua murid.

"Itulah saya sesalkan, kenapa langsung ke polisi, tapi tidak apa-apa, itu hak orangtua. Sekolah akan putuskan seadil-adilnya, pasti ada sebab akibat, kita masih gali itu," kata Saparun.

"Padahal baru minggu lalu saya nasehati anak-anak di masjid, tapi tetap beolokan lagi. Sudah orangnya sedikit kok ribut, murid SMP kami hanya 78 orang," tutupnya. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas