Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Sedih TKI Ilegal di Malaysia, Dari Hardikan Sampai Cambukan Diterima Tiap Hari

Kisah sedih Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ilegal di Malaysia, alami kejadian yang memilukan, dari hardikan hingga dicambuk.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Kisah Sedih TKI Ilegal di Malaysia, Dari Hardikan Sampai Cambukan Diterima Tiap Hari
Tribun Pekanbaru/fernando Sikumbang
Puluhan TKI ilegal kini berada di P4TKI Dumai. Imigrasi Malaysia memulangkan 42 TKI bermasalah melalui Pelindo Dumai, Kamis (16/8/2018). 

"Semua harta yang saya kumpulkan selama bekerja di Malaysia juga dirampas sebelum dikirim ke Mancap Umboh," tutur Amrizal kemudian.

Dia memaparkan, makian bahkan hardikan para petugas camp tersebut adalah makanan harian yang harus ia terima.

Amrizal pernah berusaha sopan dan berbuat baik dengan turut membantu kerja warga camp lain disana, namun malah berbuah pukulan rotan yang sangat menyakitkan.

“Saya pernah membantu seorang warga camp yang disuruh angkat panci nasi. Ketika saya bantu, saya malah dimarahi dan dicambuk rotan. Serba salah, membantu salah, diam juga salah,” paparnya.

Berbeda dengan rekannya yang bernama Khoirul Hadi Susanto (35).

Warga Indonesia asal Lamongan ini mengaku, sudah bekerja di Malaysia sebagai TKI tak terdaftar selama sembilan tahun lamanya.

Di Mancap Umboh, dia sempat mendekam selama setahun belakangan sejak September 2017.

Berita Rekomendasi

“Disana (Mancap Umboh, red) suasananya sungguh tak nyaman. Kita dipaksa makan makanan yang gak layak, dan kalau dikonsumsi bisa gatal-gatal,” terangnya.

Dia menggambarkan, seluruh lingkungan camp karantina Mancap Umboh dipenuhi oleh sel kawat tak ubahnya kawasan bagi pesakitan yang tak memiliki kehidupan sosial apapun.

Khoirul juga menceritakan, banyak diantara warga Indonesia yang terjaring disana sudah tinggal lama.

Bahkan hingga tahunan seperti dirinya.

Dia menyebut, bahkan ada seorang warga Indonesia yang juga ditahan disana ditahan sampai akhirnya meninggal karena tidak mendapatkan pengobatan yang layak.

“Tak usah berbicara mengenai tempat yang layak, untuk mendapatkan pengobatan yang layak kalau sakit pun tak bisa. Semuanya serba tak bisa apa-apa,” ujarnya.

Khoirul saat ini hanya ingin pulang ke kampong halamannya di Lamongan.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas