Bupati Prihatin, Satu Kecamatan di Purbalingga Ada 400-an Balita Terindikasi Stunting
Sebanyak 403 balita terindikasi stunting di Kecamatan Bukateja misalnya, memantik keprihatinan bersama.
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribun Jateng Khoirul Muzakki
TRIBUNNEWS.COM, PURBALINGGA - Kasus balita stunting di Purbalingga masih cukup tinggi.
Sebanyak 403 balita terindikasi stunting di Kecamatan Bukateja misalnya, memantik keprihatinan bersama.
Tingginya angka stunting di kecamatan itu pun mendapat sorotan Plt. Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi yang ikut merasa prihatin.
Ia pun meminta Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga khususnya Puskesmas Kecamatan Bukateja segera mengambil langkah-langkah penanggulangan sehingga dapat dikurangi jumlah kasusnya ke depan.
“Kasus stunting yang mencapai jumlah 403 itu cukup banyak dan itu adalah PR Dinas Kesehatan khususnya Puskesmas Bukateja."
"Mari bersama-sama cegah stunting dengan memberi anak-anak kita 4 sehat 5 sempurna,” kata Plt. Bupati Dyah H. Pratiwi saat kegiatan gerakan masyarakat hidup sehat (germas) Puskesmas Bukateja di lapangan desa KembanganKec. Bukateja, Jum’at (07/12).
Selain stunting, Plt. Bupati juga berpesan terutama kepada jajaran Puskesmas Bukateja untuk mensukseskan program jambanisasi dan sanitasi yang baru mencapai 72 persen di wilayah tersebut.
Dia pun meminta masing-masing pemerintah desa di Kecamatan Bukateja untuk meningkatkan jamban dan sanitasi sehat yang berdampak terhadap kesehatan masyarakat.
Bupati pun mengingatkan para ibu akan pentingnya pemberian ASI eksklusif bagi bayi usia 0-6 bulan sampai dengan 2 tahun. ASI eksklisif sangat baik untuk kecerdasan anak, di samping murah dan sehat.
Pihaknya pun mengapresiasi para ibu yang telah memberikan ASI, dengan memberikan piagam sertifikat kelulusan pemberian ASI eksklusif.
“Ayo beri ASI untuk putra-putrinya, terbukti tadi yang telah lulus pemberian ASI ekslusif bayinya ginuk-ginuk."
"Selain ASI, jangan lupa cek kesehatan rutin ke Posyandu dan pusat kesehatan untuk mengecek tumbuh kembang anak,” katanya
Dyah berharap sosialisasi pemberian ASI eksklusif dapat dilakukan secara massif di semua wilayah Kecamatan Bukateja.
Kader-kader kesehatan diminta memberikan pendampingan kepada para ibu dengan bayi 0-6 bulan sampai 2 tahun.
Menurut dia, pemberian ASI eksklusif di Purballingga baru 32 persen. Karena itu, butuh komitmen bersama semua pihak untuk meningkatkan prosentase tersebut.
"Jangan sampai kurangnya pemberian ASI menjadi salah satu penyebab gizi kurang atau gizi buruk pada para balita di Purbalingga,” katanya.(*)