Ini Upaya yang Dilakukan Pemkab Pekalongan untuk Mengangkat Batik Dewa Ruci
Pemkab Pekalongan pamerkan batik Dewa Ruci dalam fashion show batik yang diadakan di Pendopo Kabupaten Pekalongan, Jumat (21/12/2018) malam.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM - Pemkab Pekalongan pamerkan batik Dewa Ruci dalam fashion show batik yang diadakan di Pendopo Kabupaten Pekalongan, Jumat (21/12/2018) malam.
Adapun dalam acara semua instansi mengeluarkan model yang menggunakan busana batik, sebelum Batik Dewa Ruci di pamerkan ke para penonton.
Sang pembuat batik Dewa Ruci, Sapuan, menerangkan membutuhkan waktu dua tahun untuk membuat batik tersebut.
“Batik Dewa Ruci saya buat dua tahun, dari 2011 hingga 2013, saya menbuat batik ini dengan mengabungkan kearifan lokal masyarakat di Kabupaten Pekalongan,” jelasnya.
Sapuan menambahkan, membuat batik memiliki tata cara yang tidak biasa, karena memiliki kesabaran.
“Ternyata batik memiliki tata cara pembuatan yang luar biasa, karena jaman dahulu membuat batik harus bolak-balik, dimana otak kanan dan kiri harus simbang, dan kesabaran menjadi inti dari membatik,” katanya.
Dalam teknik membuat batik harus memkomposisikan warna yang inidah, dimana ajaran plurarisme diajarkan dalam tata cara pembuatannya.
“Selain itu, batik memiliki aspek sosial ekonomi, karena dengan batik masyarakat Pekalongan dapat memetik nilai ekonominya."
"Batik Dewa Ruci sendiri, saya kerjakan dua tahun, dan 2013 sudah dipamerkan di Parancis, dan Singapura, 2015 dipamerkan di Swiss, dan sudah dihargai Rp 100 juta,” jelasnya.
Adapun Zahir Widadi akademisi yang juga pengampun di Universitas Pekalongan Fakultas Ilmu Batik, menambahkan, jika melihat dari motif dan warna, Batik Dewa Ruci memiliki nilai aksiologi.
“Banyak yang bisa dilihat dari nilai pembuatan batik, banyak yang menilai batik hanya sekedar kain dengan nilai ekonomi, namun di dalam acara ini tidak, karena presepsi batik tentang nilai, budaya, filosofi dan prilaku pembuat batik dipaparkan dalam acara,” tuturnya.
Pihaknya mengatakan, Kabupaten Pekalongan menjadi haluan karya batik, karena berani mengungkap prilaku pembuat yang di hubungkan dengan karya batiknya.
“Hal ini sangat bagus, karena nilai batik bisa lebih diresapi dari sudut pandang sang pembuatnya. Saya pikir masyarakat harus mengetahui bahwa batik merupakan produk budaya di mana semua nilai ada dalam satu karya,” imbuhnya. (didik/dinkominfo kab.pekalongan)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.