Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Mengungsi ke Bukit karena Takut Tsunami Susulan, Keluarga Sukma Terpaksa Minum Air Hujan

Sukma mengungkapkan tak jarang dia dan keluarganya harus meminum air mentah dari air hujan yang ia tampung di dalam jeriken.

Penulis: Yanuar Nurcholis Majid
Editor: Sanusi
zoom-in Mengungsi ke Bukit karena Takut Tsunami Susulan, Keluarga Sukma Terpaksa Minum Air Hujan
Yanuar Nurcholis Majid
Keluarga Sukma 

TRIBUNNEWS.COM, BANTEN - Bencana alam tsunami Selat Sunda menyisakan cerita bagi orang-orang yang selamat dari kejadian nahas tersebut. Sukma dan Rodiah misalnya. Pasangan suami istri ini selamat dari terjangan tsunami berkat naik ke dataran tinggi.

Untuk mendengar langsung penuturan dua orang ini, Tribun menelusuri wilayah perbukitan yang ada di belakang kampung Wisata Paniis Taman Jaya Kecamatan Sumur, Banten. Butuh waktu sekira satu jam untuk bisa naik ke pebukitan tersebut.

Jalan yang cukup terjal, licin, serta melewati pematang sawah harus ditempuh untuk bertemu dengan para pengungsi tsunami Selat Sunda yang menyelamatkan diri dari terjangan air laut.

Tak ayal beberapa kali anggota tim kami mengalami insiden terperosok saat mencoba melakukan peliputan di lokasi pengungsian.

Barulah di saung berukuran sekira 2x2 meter akhirnya tim berhasil bertemu dengan keluarga Sukma.

Sukma yang kala itu mengenakan pakaian berwarna putih ditemani sang istri Rodiah dan anak ketiganya Rizki Maulana tampak sedang membereskan saung yang sudah tiga hari ditempati mereka untuk mengungsi.

"Ya terpaksa kami tinggal disini, karena mau turun masih takut," kata Sukma, saat berbincang dengan tim Tribunnews.com, Selasa (25/12/2018).

Berita Rekomendasi

Sukma mengungkapkan tak jarang dia dan keluarganya harus meminum air mentah dari air hujan yang ia tampung di dalam jeriken.

Baca: Trauma yang Terjadi Pada Seventeen, Personil Band Armada Galau Manggung di Pantai Karnaval Ancol

Keterbatasan barang bawaannya, membuat bapak tiga anak ini terpaksa melakukan itu semua.

"Kebetulan air susah, dan sudah tiga hari disini hujan terus ya sudah kita tampung, buat kita minum," ucap Sukma.

Tidak hanya harus meminum air hujan, sempat terisolir hingga dua hari lamanya, membuat Sukma saat itu harus meminta kepada tetangganya yang juga berada di atas bukit.

Biasanya Sukma meminta nasi ataupun mie instan kepada tetangganya untuk sekadar mengganjal perut.

Barulah pada Senin (24/12/2018) kemarin, Sukma bersama ratusan pengungsi lainnya baru merasakan namanya bantuan.

"Kalau tidak salah Senin sore kami dapat bantuan, itu juga setelah TNI membuka akses ke desa kami," kata Sukma.

Sementara Sukma menceritakan dirinya dapat selamat dari tsunami setelah dibangunkan dari tidur oleh sang istri saat air mulai pasang.

"Kebetulan saya udah tidur, istri masih ngurus anak, jadi pas suara gemuruh itu, baru dia bangunin saya, abis itu lari ke bukit," kenang Sukma.

Saat ini Sukma mengatakan para pengungsi biasanya akan turun ke pantai untuk melihat rumah mereka saat siang hari, karena pengungsi masih trauma akan ada tsunami susulan.

Menjelang gelap, akan kembali ke bukit untuk beristirahat. "Siang gini, banyak yang pulang ke rumah. Kalau sudah sore nanti ke atas lagi," ucapnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas