Update: Korban Tsunami yang Tewas di lampung 116 Orang, 11 Masih Dalam Pencarian
Gelombang tsunami yang menerjang kawasan pesisir Lampung Selatan pada Sabtu, 22 Desember 2018 malam
Editor: Hendra Gunawan
Untuk bertahan di rumah, mereka khawatir adanya gelombang tsunami susulan.
Baca: Video Nikahannya dengan Pria Bule Beredar, Aura Kasih Bagikan Momen Spesial Usai Ijab Kabul
Apalagi sejak tragedi terjangan tsunami pada Sabtu, 22 Desember 2018, letusan Gunung Anak Krakatau (GAK) terdengar cukup keras dari kawasan pesisir.
“Kita masih belum berani untuk tinggal di rumah, meski tidak rusak diterjang tsunami. Kita khawatir akan ada tsunami susulan,” kata Desi, ibu rumah tangga yang mengungsi bersama keluarganya di kebun, Kamis, 27 Desember 2018.
Warga berharap bantuan tenda atau terpal untuk membuat tenda yang lebih baik.
Sehingga saat hujan mengguyur, mereka tidak harus berbasah-basahan.
“Kita kasihan anak-anak. Sudah udara dingin, terkadang juga ada rembesan air hujan,” kata Neneng, wanita asal Desa Way Muli yang mengungsi di kaki Gunung Rajabasa.
Tidak hanya tenda yang lebih layak. Warga pun berharap ada bantuan selimut dan kelambu untuk anak-anak balita.
Pasalnya, pada malam hari cukup banyak nyamuk.
Hal lainnya yang juga dibutuhkan warga yakni lampu emergensi, pakaian anak, pembalut wanita, dan alat rumah tangga untuk memasak.
Mulai Diserang Penyakit
Tinggal selama empat hari di tenda, sejumlah pengungsi di kaki Gunung Rajabasa mulai terserang penyakit.
Kebanyakan warga mengeluhkan demam, batu, pilek, dan gangguan pernapasan.
Ada juga warga yang memiliki riwayat sakit gula darah, hipertensi, dan sakit lainnya yang kambuh.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.