Update: Korban Tsunami yang Tewas di lampung 116 Orang, 11 Masih Dalam Pencarian
Gelombang tsunami yang menerjang kawasan pesisir Lampung Selatan pada Sabtu, 22 Desember 2018 malam
Editor: Hendra Gunawan
“Kalau demam sudah mulai. Kita yang paling khawatir anak-anak. Karena ini sudah mulai ada yang terkena panas tinggi,” terang Hasanah, pengungsi di Gunung Rajabasa, Kamis, 27 Desember 2018.
Kondisi ini tidak hanya dialami warga yang mengungsi ke tenda-tenda.
Hal sama juga dialami warga pengungsi di Desa Canggu, Desa Krinjing, dan Desa Totoharjo.
Meski begitu, mereka tidak kesulitan mendapatkan pemeriksaan kesehatan dan obat-obatan.
Karena setiap tempat konsentrasi pengungsian terdapat posko pelayanan kesehatan.
“Bahkan terkadang anggota relawan kesehatan datang menyambangi tempat pengungsian untuk melakukan pemeriksaan,” kata Muksin, warga lainnya.
Budi, relawan kesehatan di Desa Way Muli Timur, mengatakan, gangguan kesehatan yang dialami warga yakni batuk, pilek, demam, dan ISPA.
“Tetapi memang ada beberapa warga yang mengeluhkan hipertensinya naik dan juga gula darah naik. Mereka memang memiliki riwayat sakit hipertensi dan gula darah. Karena mungkin cukup stres pascatragedi tsunami. Jadi tensinya naik,” ujarnya.
Evakuasi Warga
Sebanyak 432 warga Pulau Sebesi, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, akhirnya bersedia dievakuasi.
Awalnya, mereka sempat menolak dievakuasi dan memilih bertahan di tempat pengungsian di Pulau Sebesi.
Proses evakuasi dilakukan menggunakan KRI Teluk Cirebon 543, Kamis, 27 Desember 2018 sore.
Selanjutnya, para pengungsi tersebut dibawa menggunakan bus Trans Lampung menuju pengungsian di lapangan tenis indoor kompleks perkantoran Pemkab Lamsel di Kalianda.
Pantauan Tribunlampung.co.id di Pelabuhan Panjang, tempat bersandarnya KRI Teluk Cirebon 543, sejumlah anggota Lanal Lampung dan Pelabuhan Panjang sudah berjaga sejak pukul 17.00 WIB.
Kapal tiba di Pelabuhan Panjang sekira pukul 18.30 WIB.