Dari Tengah Lautan Usup Melihat Dahsyatnya Gelombang Tsunami yang Semula Dikira Kabut
Usup menyaksikan sendiri Gunung Anak Krakatau memuntahkan lava pijarnya. Sekitar satu jam berselang, barulah ia melihat gelombang tsunami.
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dwi Putra Kesuma
TRIBUNNEWS.COM, LABUAN - Usup (32) dikejutkan dengan penampakan kabut tinggi yang menerjang daratan saat ia tengah asyik menjaring ikan di tengah laut.
Padahal, kabut yang dikira Usup adalah gelombang tsunami Selat Sunda yang meluluhlantakkan wilayah Pandeglang, Banten, dan sekitarnya.
Ketika kejadian, Usup tengah menjaring ikan dan udang bersama kakaknya di tengah laut mendekati Gunung Anak Krakatau (GAK).
Sekira pukul 20.00 WIB, ia menyaksikan sendiri Gunung Anak Krakatau memuntahkan lava pijarnya, diiringi dentuman yang terus terjadi berulang kali.
Sekitar satu jam berselang, barulah ia melihat gelombang tsunami yang awalnya ia kira kabut.
Namun, Usup memiliki firasat buruk atas kabut tersebut, karena tak biasanya kabut menutupi pemukiman warga hingga tak terlihat dan menutupi pemandangan pulau-pulau kecil yang ada di sekitar.
Baca: Sejumlah Wilayah di Karangasem Terpapar Hujan Abu Erupsi Gunung Agung
"Itu mah awalnya saya kira kabut, tapi firasat saya mah buruk. Masa iya kabut sampai nutupin pemukiman warga sama pulau-pulau kecil, biasanya masih keliatan lampu-lampu dari pemukiman meski tertutup kabut," kata Usup dijumpai TribunJakarta.com di Pelelangan Ikan Labuan, Sabtu (29/12/2018).
Kecurigaan Usup akhirnya terjawab, ketika ada pesan singkat yang masuk ke handphonenya dari rekannya sesama nelayan yang ada di daratan.
"Itu ada sms masuk dari teman, tulisannya Sup buruan ke darat, ada tsunami. Istri sama anak kamu sudah ngungsi rumah hancur," kata Usup.
Usup terus terbayang nasib istri dan anaknya, ia pun langsung menyalakan mesin perahu kecilnya dan berangkat menuju daratan.
Tiba-tiba, kondisi malam di tengah laut yang awalnya sangat cerah diterangi bulan purnama, seketika berubah menjadi badai hujan deras serta angin kencang.
Namun, Usup terus menerjang badai tersebut menggunakan perahu kecil miliknya, dan baru tiba pada Minggu (23/12/2018) pagi di daratan.
Tiba di daratan, ia pun menyaksikan sendiri kediamannya yang berada persis di bibir pantai kawasan Pelelangan Ikan Labuan telah porak poranda diterjang tsunami.
Baca: Pelaku Penculikan Anak di Siak Ditangkap, Korbannya Ditemukan Tewas
Perasaan sedih dan gelisah pun terus membebani pikirannya, hingga akhirnya perasaan itu hilang setelah menemukan istri dan putri kecilnya dalam keadaan selamat tanpa luka sedikit pun.
Kini, Usup serta keluarganya tinggal di rumah mertuanya yang berada di dataran tinggi karena rumahnya telah hancur.
Belum ada sedikit pun niatan dalam hati Usup, untuk kembali melaut dan menerjang badai serta gelombang pasang seperti yang telah ia lakukan.
"Nggak lah kang, belum berani saya mah balik ke laut. Yang penting keluarga saya semua selamat, meskipun rumah sudah hancur," imbuh Usup murung sambil menundukkan kepalanya.