Banyak Sapi Milik Peternak di Lamongan Mati Mendadak, Begini Tindakan Dinas Peternakan
Para peternak sapi Desa Soko, Kecamatan Tikung, Lamongan, Jawa Timur, dibuat pusing lantaran sejumlah sapi peliharaan mereka mati mendadak.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, LAMONGAN - Para peternak sapi Desa Soko, Kecamatan Tikung, Lamongan, Jawa Timur, dibuat pusing lantaran sejumlah sapi peliharaan mereka mati mendadak.
Terhitung ada enam ekor sapi milik warga dusun Banyuawet Desa Soko Kecamatan Tikung Kabupaten Lamongan, tiba-tiba roboh kejang-kejang dan langsung mati, Senin (07/01/2019).
Tentu insiden ini membuat bingung para peternak lantaran kejadian itu belum pernah mereka alami.
Para peternak ini penasaran dan masih mencari penyebab kematian sapi mereka, sebab tidak hanya milik satu peternak, tapi milik enam orang peternak.
Mereka menduga apakah kematiannya karena sakit atau karena keracunan.
Sementara sejak kurun Desember 2018 hingga awal Januari 2019 ada sebanyak 9 ekor sapi yang mati dengan insiden serupa.
"Penyebabnya mungkin keracunan atau karena penyakit, kami tidak tahu pasti. Ini yang membuat kami bingung," ungkap Imam, salah satu warga.
Kendati demikian, Imam menduga kemungkinan sapinya mati karena keracunan makanan. Ia mengungkapkan setelah sapi diberi makan rumput yang baru saja diambil dari pematang sawah, sapi langsung pingsan.
Usai makan rumput, lanjut Imam, sapinya terlihat lemas. Bahkan ada salah satu sapi yang kemudian roboh dan tak mampu berdiri kembali.
"Lalu mengeluarkan busa dari mulutnya dan kejang-kejang. Sapi peternak lain gejalanya juga mirip. Mungkin rumputnya yang mengandung sisa racun, tapi saya tidak tahu racun apa," ungkapnya.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Lamongan, Sukriyah, ketika dikonfirmasi terkait insiden yang dialami para peternak ini, pihaknya menduga penyebab kematian sapi itu akibat keracunan.
Menurut Sukriyah, dari hasil survey dugaan sementara penyebab karena keracunan pakan atau mungkin penyakit.
Penyebab kematian hewan ternak itu dua, keracunan dan penyakit.
"Tapi di Lamongan bebas antrak," imbuh Sukriyah.
Sukriyah mengungkapkan sapi-sapi tersebut tidak mati dalam waktu yang bersamaan, melainkan bergiliran.
Pihaknya butuh penelitian terlebih dahulu untuk memastikan penyebab kematian sapi-sapi tersebut.
"Kami masih menunggu hasil laboratorium untuk mengetahui penyebab kematian sapi secara mendadak," ujarnya.
Ditambahkanya, sejak akhir Desember 2018 hingga Senin 7 Januari 2019 ada sekitar 9 ekor sapi yang mati di wilayah yang sama.
Sapi-sapi yang mati itu sudah dikubur di lahan persawahan di luar kampung lantaran warga juga takut akan menular, kalau sapi yang mati itu karena terkena penyakit.