Tampil 4 Hari di Festival Janadriyah di Riyadh Arab Saudi, Seniman-seniman Banyuwangi Jadi Idola
Sebanyak 20 seniman dari berbagai sanggar di Banyuwangi, baru saja pulang dari Festival Janadriyah ke 33 di Riyadh, Arab Saudi.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, BANYUWANGI - Sebanyak 20 seniman dari berbagai sanggar di Banyuwangi, baru saja pulang dari Festival Janadriyah ke 33 di Riyadh, Arab Saudi.
Mereka tiba di Banyuwangi pada, Rabu (9/1/2019) malam. Banyak cerita unik selama mereka berada di Arab Saudi.
Festival Janadriyah merupakan festival budaya tahunan terbesar di Timur Tengah, yang diselenggarakan sejak tahun 1985.
Setiap tahunnya festival ini dikunjungi sekitar 12 juta pengunjung dari dalam dan luar Arab Saudi.
Tahun ini digelar di Riyadh, ibukota Arab Saudi, 1 hingga 4 Januari.
Di Festival ini, sesuai jadwal awalnya Banyuwangi dijadwalkan tampil pada 3 dan 4 Januari.
Namun ternyata Banyuwangi sudah diminta untuk tampil mulai hari pertama hingga terakhir, 1 hingga 4 Januari.
"Baru sampai di Arab Saudi, kami sudah diminta untuk tampil. Padahal jadwalnya kami tampil tanggal 3 dan 4 Jauari," kata Wakil Bupati Banyuwangi, Yusuf Widiyatmoko, yang turut mendampingi para seniman Banyuwangi.
Di hari pertama, Banyuwangi menyajikan tari Rodat Siiran yang diiringi musik langgsung oleh para pemain alat musik tradisional.
Bedanya Banyuwangi dengan penampilan seni dari daerah di Indonesia lainnya yang juga diundang, musik pengiring Banyuwangi dimainkan oleh seniman langsung, sedangkan lainnya melalui rekaman.
"Ternyata respon dari pengunjung sangat luar biasa. Penonton yang menyaksikan anak-anak Banyuwangi membludak. Anak-anak menjadi artis dadakan selama di Arab Saudi," kata Yusuf.
Usai penampilan mereka, para penonton antri untuk minta foto bersama.
Bahkan banyak yang menawar untuk membeli seragam yang dikenakan penari beserta alat-alat musiknya.
"Di hari pertama saja, banyak yang ingin membeli seragam yang dipakai anak-anak beserta alat musiknya. Kami harus beri pengertian pada mereka, karena masih harus tampil hingga hari terakhir," kata Suko Prayitno, salah satu tim pelatih.
Berkat penampilan yang begitu apik di hari pertama, penampilan Banyuwangi menjadi yang paling ditunggu-tunggu di hari-hari berikutnya.
Banyuwangi yang hanya menyiapkan dua tarian, karena permintaan dari penyelenggara dan KBRI Arab Saudi harus menyajikan empat tarian.
"Beruntung yang kami bawa adalah para maestro. Jadi bisa langsung cepat memodifikasi dan mengreasi tarian," kata Suko.
Bahkan banyak penonton yang meminta Banyuwangi memainkan kendang kempul.
Padahal Banyuwangi tidak membawa gong pada acara tersebut.
Akhirnya gong yang dipamerkan di acara tersebut diambil dan dimainkan oleh seniman-seniman Banyuwangi.
"Saya juga kaget, ternyata orang Arab sudah mengenal kendang kempul. Akhirnya dadakan kami memainkan kendang kempul," tambah Suko.
Rombongan Banyuwangi juga diarak keliling ke seluruh arena pagelaran.
Suko mengatakan, arena Festival Janadriyah sangat luas. Mungkin separuh dari kota Banyuwangi.
"Arenanya sangat luas, baru sepertiga perjalanan sudah capek," katanya.
Saat diarak itu, menjadi kesempatan untuk memperkenalkan Banyuwangi.
Para seniman berjalan sambil memainkan musik hadrah dan mengampanyekan Banyuwangi.
Hari ketiga, atau 3 Januari, penampilan dibatalkan dan hanya pameran karena terdapat badai pasir.
Meski hanya pameran, banyak penonton yang mendatangi tim Banyuwangi untuk meminta foto bersama.
Di hari terakhir, penonton kian membludak. Banyak yang menunggu penampilan dari Banyuwangi.
Usai penampilan para seniman Banyuwangi langsung dikeremuni penonton.
Selain meminta foto, banyak juga yang menawar untuk membeli apa yang dikenakan seniman Banyuwangi.
"Usai penampilan hari terakhir, tiga set seragam tari, 10 jarik, hadrah, bahkan jidor semua laku dibeli penonton dengan harga tiga kali lipat dibandingkan di Banyuwangi. Kecuali jidor dibeli oleh pihak KBRI. Jadi pulang kami sudah tidak bawa barang banyak-banyak," kata Muhammad Yanuarto Bramuda, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banyuwangi yang juga turut mendampingi tim.
Dari pernak-pernik seni yang dibawa seluruh peralatan laku terjual, hanya menyisakan biola. Barang-barang tersebut laku terjual sekitar Rp 33 juta.
”Kalau ditotal sekitar Rp 33 juta. Hanya menyisakan biola, mungkin karena biola tidak identik dengan seni islami,” kata Bramuda.
Budianto dari Paguyuban Pelatih Tari dan Seniman Banyuwangi yang juga turut serta, tidak menyangka respon warga Arab Saudi sangat luar biasa.
Ini menjadi pengalaman berharga bagi seniman-seniman Banyuwangi.
Setelah empat hari di Riyadh mengikuti festival, para seniman ini umrah selama enam hari.
Budi sangat mengapresisasi Pemkab Banyuwangi yang memberikan hadiah umrah pada para seniman Banyuwangi.
"Tidak pernah dalam sejarah Banyuwangi seniman diberangkatkan umrah. Ini reward yang luar biasa pada seniman. Kami sangat mengapresiasi apa yang telah dilakukan pemerintah Banyuwangi," kata Budi.
Menurut Budi, seniman-seniman yang tampil di Janadriyah ini merupakan perwakilan dari berbagai sanggar yang selama ini terlibat dalam membantu pemerintah Banyuwangi dalam penyelenggaraan Banyuwangi Festival.