Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Bedah Ekonomi Gus Dur, Rizal Soroti Kartel Impor: Prabowo Berani Hilangkan, Jokowi Belum Menjawab

Bedah Ekonomi Gus Dur, Rizal Ramli Sorot Kartel Impor: Prabowo Berani Hilangkan, Jokowi Belum Menjawab.

Editor: Januar Adi Sagita
zoom-in Bedah Ekonomi Gus Dur, Rizal Soroti Kartel Impor: Prabowo Berani Hilangkan, Jokowi Belum Menjawab
TribunMadura.com
Rizal Ramli saat menjadi pembicara Halaqah Ekonomi bertajuk "Membedah Konsep Ekonomi Gus Dur" di Surabaya, Rabu (16/1/2019). 

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Ekonom senior, Rizal Ramli berharap sosok calon presiden yang terpilih di Pilpres 2019 menjadi Presiden periode 2019-2024 dapat mengurangi impor di Indonesia. Ia pun menantang kepada Capres Joko Widodo maupun Prabowo Subianto untuk mewujudkan hal tersebut.

"Saya berharap keduanya bisa menghasilkan menu baru. Jangan satu membuat tempe, satunya lagi membuat tahu. Namun, keduanya sama-sama dibuat dari kedelai impor," tegas Rizal Ramli, di Halaqah Ekonomi bertajuk "Membedah Konsep Ekonomi Gus Dur", Rabu (16/1/2019) di Surabaya.

Program impor besar-besaran yang selama ini dilakukan oleh pemerintah hanya lah akan memberatkan rakyat. Di samping produsen dalam negeri tak bisa memasarkan produknya, keuntungan pun hanya dirasakan oleh para kartel importir.

Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman RI ini bercerita, bahwa beberapa waktu lalu, pihaknya bertemu petani garam. Mengutip cerita petani garam, kuota 1,5 juta ton tambahan impor garam membuat garam lokal tak laku.

"Sekarang, garam mereka terancam mejadi air sebab tak laku. Mereka menangis karena tak ada uang untuk kuliah anak-anak mereka," jelasnya.

"Kita jadi importir terbesar di dunia untuk beberapa komoditas. Ini ironis. Parahnya, pemerintah melakukan impor di masa-masa panen seperti Desember-Januari. Misalnya untuk beras. Ini benar-benar kejam," kata mantan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Indonesia ini.

Akibat impor besar-besaran tersebut, neraca perdagangan di Indonesia, kata Rizal Ramli kini pun mengalami defisit cukup dalam.

Berita Rekomendasi

"Angka defisit neraca perdagangan tahun 2018 mencapai 8,3 miliar dolar terjelek sejak 1975," ungkap mantan Menteri Keuangan ke-23 ini.

Dengan adanya beberapa alasan tersebut, pihaknya pun berharap para presiden terpilih mendatang bisa mengurangi impor tersebut.

"Impor boleh, tapi karena situasi tertentu misalnya karena el-nino. Lha ini, cuaca juga normal, buat apa impor besar-besaran?," jelasnya.

Baca selengkapnya>>>>>

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas