Ketika Tiga Mantan Petinggi Gerakan Aceh Merdeka Curhat pada SBY
Tiga mantan petinggi Gerakan Aceh Merdeka (GAM) secara khusus bertemu presiden keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Banda Aceh.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, BANDA ACEH - Tiga mantan petinggi Gerakan Aceh Merdeka (GAM) secara khusus bertemu presiden keenam RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Banda Aceh, Minggu (27/1/2019).
Mereka adalah mantan panglima GAM Wilayah Linge Fauzan Azima, mantan juru bicara GAM Wilayah Pasee Teungku Jamaica, dan mantan juru bicara GAM Wilayah Lhok Tapaktuan Teungku Kartiwi Daud.
SBY yang merupakan arsitek utama perdamaian Aceh berada di Banda Aceh dalam rangkaian Tour De Toba-Seulawah sejak 24 Januari 2019.
Di Banda Aceh, kemarin, presiden ke-6 RI tersebut selain bersilaturahmi dengan ulama juga pembekalan caleg Partai Demokrat dan secara khusus bertemu beberapa mantan petinggi GAM.
Pertemuan khusus dengan mantan panglima dan juru bicara GAM Wilayah Linge Fauzan Azima, mantan juru bicara GAM Wilayah Pasee Teungku Jamaica, dan mantan juru bicara GAM Wilayah Lhok Tapaktuan Teungku Kartiwi Daud berlangsung di Kyriad Muraya Hotel, Minggu pagi didampingi Plt Gubernur Aceh, Ir Nova Iriansyah yang juga Ketua DPD Partai Demokrat Aceh.
Kepada Ketua Umum Partai Demokrat tersebut, para mantan panglima dan jubir GAM menyampaikan sejumlah hal terutama yang berkaitan dengan masalah ekonomi dan pembinaan sumber daya manusia (SDM) mantan kombatan.
"Terima kasih kepada Bapak SBY yang menginisiasi dan menyelesaikan konflik sehingga terjadi perdamaian di Aceh. Ini adalah sejarah besar bagi Aceh dan Jakarta," kata Fauzan Azima mengawali pertemuan yang berjalan dalam suasana akrab dan santai itu.
"Kami juga menyampaikan terima kasih kehadiran Bapak telah mengobati kerinduan kami setelah pertemuan pertama tahun 2006. Sudah 13 tahun berlalu baru sekarang bisa bertemu kembali dalam suasana berbeda. Dulu bapak presiden, meski sekarang Bapak tidak presiden lagi, tetapi kerinduan dan hormat kami baik pribadi maupun mantan kombatan yang bergabung Komite Peralihan Aceh (KPA) tidak pernah berubah kepada Bapak," kata dia.
Dikatakan Fauzan, atas upaya presiden SBY dan wakil presiden Jusuf Kalla bersama komponen masyarakat lainnya, sehingga lahirlah Undang-Undang Pemerintahan Aceh (UUPA) Nomor 11 Tahun 2006) yang merupakan amanat dari MoU Helsinky.
Mantan panglima dan jubir GAM melaporkan kepada Susilo Bambang Yudhoyono, setelah 14 tahun perdamaian Aceh, dari tahun ke tahun yang menjadi persoalan Aceh, khususnya terhadap mantan kombatan adalah terputusnya pemberdayaan ekonomi sehingga jauh dari kesejahteraan.
"Hal ini terjadi karena tidak ada kesinambungan pembinaan SDM kepada mantan kombatan yang terintegrasi dari pemerintahan. Kami berharap Pak SBY yang telah melahirkan perdamaian di Aceh membantu kami, apalagi Pak Nova Iriansyah (Plt Gubernur Aceh) berasal dari Partai Demokrat yang Bapak pimpin," ujar Fauzan Azima yang didampingi Teungku Jamaica dan Teungku Kartiwi Daud.
Terhadap adanya riak-riak kecil yang berpotensi merusak perdamaian Aceh, menurut Fauzan Azima adalah karena faktor ekonomi sehingga pemeritah harus fokus dalam masalah ini.
Pada akhir pertemuan itu, SBY menyampaikan terima kasih atas berbagai masukan yang disampaikan.
"Saya berharap saudara sampaikan bahan-bahan tertulis langsung kepada saya dan kemudian akan saya teruskan kepada Plt Gubernur Aceh untuk dibahas," kata SBY.(nas)
Artikel ini telah tayang di Serambinews.com dengan judul Mantan Petinggi GAM Curhat ke SBY